TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Para pekerja koperasi taksi di Thailand ini menyulap atap mobil menjadi kebun mini.
Mereka memanfaatkan ribuan unit taksi yang mangkrak akibat pandemi Covid-19.
Dilansir dari AP, para pekerja dua koperasi taksi di Bangkok–Ratchapruk dan Bovorn– itu menata kebun mini menggunakan kantung sampah plastik hitam yang dibentangkan di atas rangka bambu.
Di atasnya, mereka meletakkan lapisan tanah dan menanam tanaman sayuran macam tomat, timun dan kacang panjang.
Hasilnya lebih mirip instalasi seni, tapi ini memang disengaja. Mereka memang berniat menarik perhatian atas nasib para pengemudi dan operator taksi yang amat terpukul oleh pemberlakuan lockdown dan pembatasan pandemi Covid-19.
Baca juga: Peneliti Thailand Mengembangkan Tes Covid-19 Melalui Keringat Ketiak
Kebun mini di atap taksi, kata Thapakorn Assawalertkul (54), seorang petinggi koperasi taksi, memang tidak menawarkan pendapatan alternatif. Para pegawai koperasi, yang gajinya pun dipotong, kini bergiliran memelihara kebun itu.
“Kebun sayuran mini ini merupakan aksi protes, sekaligus jalan untuk memberi makan para pegawai di saat-saat sulit sekarang ini,” ujar Thapakorn, Kamis (16/9/2021).
“Thailand pernah melewati gejolak politik bertahun-tahun, juga banjir dahsyat pada 2011, tapi bisnis tak pernah sebegitu susahnya seperti sekarang,” keluhnya.
Koperasi Taksi Ratchapruk dan Bovorn kini memiliki armada 500 unit taksi yang beroperasi di jalanan kota Bangkok.
Sementara, kata Thapakorn, “Sekitar 2.500 unit taksi lainnya mangkrak di sejumlah lokasi di Bangkok.”
Tingginya kompetisi antar taksi di jalanan Bangkok yang lengang akibat pembatasan pandemi membuat pendapatan para sopir taksi pun merosot drastis.
Banyak yang tak mampu membayar iuran harian taksi yang, kata Thapakorn, jumlahnya bahkan telah dipotong hingga setengahnya menjadi 300 baht (sekitar Rp130 ribu). Para sopir taksi itu pun terpaksa meninggalkan mobil mereka.
Sejumlah sopir menyerahkan mobil mereka dan memilih pulang kampung ke desa saat pandemi mulai menghantam tahun lalu.
Yang lainnya lalu menyusul menyerah dan mengembalikan mobil-mobil mereka saat gelombang kedua pandemi menyerang.
“Beberapa sopir bahkan meninggalkan mobil di pom bensin dan menelepon kami untuk mengambil mobil itu,” ujar Thapakorn.
Thapakorn menambahkan, hantaman pandemi tahun ini memukul koperasi taksi hingga membuat ribuan sopir terpaksa menyerahkan unit mobil yang mereka gunakan untuk mencari nafkah.
Baru-baru ini, kasus penularan Covid-19 baru di Thailand mencapai kurang dari 15.000 kasus.
Angka ini menurun dari puncak kasus yang mencapai angka 23.400 pada pertengahan Agustus lalu.
Sejauh ini, negeri gajah putih itu telah mengonfirmasi 1,4 juta kasus dengan lebih dari 14.000 kematian.
Situasi itu membuat banyak perusahaan taksi terbenam dalam lilitan masalah keuangan. Mereka harus berjuang membayar angsuran pembayaran pembelian armada taksi mereka.
Koperasi taksi Ratchapruk dan Bovorn sendiri berutang sekitar 2 juta baht (atau sekitar Rp860 juta).
Pemerintah Thailand sendiri sejauh ini belum menawarkan bantuan dukungan finansial.
Sumber: Kompas.TV
>