TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) mengakui serangan pesawat tak berawak di Kabul, Afghanistan mengakibatkan korban jiwa.
Serangan pesawat tak berawak di Kabul pada 29 Agustus lalu telah menewaskan sebanyak 10 warga sipil, tujuh di antaranya adalah anak-anak, kata militer AS, Jumat (17/9/2021).
Serangan pada 29 Agustus tersebut menargetkan seorang pengebom bunuh diri ISIS yang menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS sebelum penarikan dari Afghanistan.
Dikutip dari BBC, salah satu korban adalah anak yang baru berusia dua tahun.
Serangan mematikan itu terjadi beberapa hari setelah serangan teror di bandara Kabul.
Baca juga: Milisi Taliban Tembak Mati Ibu Rumah Tangga yang Demo Hak-hak Perempuan
Baca juga: Cerita Sejumlah Penyanyi Afghanistan yang Kabur dari Taliban, Takut Dieksekusi Bila Tidak Pergi
Serangan terjadi di tengah upaya evakuasi yang hiruk pikuk setelah Taliban kembali berkuasa secara tiba-tiba.
Itu adalah salah satu tindakan terakhir militer AS di Afghanistan, sebelum mengakhiri 20 tahun operasinya di negara itu.
Intelijen AS telah melacak mobil pekerja bantuan selama delapan jam.
Mereka percaya itu terkait dengan militan IS-K cabang lokal dari kelompok Negara Islam (IS), kata Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie.
Hasil Penyelidikan
Hasil penyelidikan menemukan mobil pria itu terlihat di sebuah kompleks yang terkait dengan IS-K.
Gerakannya selaras dengan intelijen lain yang berencana menyerang bandara Kabul.
Pada satu titik, sebuah drone pengintai melihat orang-orang memuat apa yang tampak seperti bahan peledak ke bagasi mobil, tetapi ternyata itu adalah wadah air.
Jenderal McKenzie menggambarkan serangan itu sebagai "kesalahan tragis".