News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

China Batasi Aborsi untuk Kepentingan Non-Medis

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita mengenakan masker menyesuaikan masker anaknya ketika mereka tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan untuk mengambil salah satu kereta pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah Cina awal pada 8 April 2020

TRIBUNNEWS.COM - Kabinet negara China mengumumkan akan membatasi tindakan aborsi yang dilakukan untuk tujuan non-medis.

Dilansir The Guardian, China memberlakukan sejumlah aturan ketat untuk mencegah aborsi selektif jenis kelamin.

Sebelumnya pada 2018 lalu, otoritas kesehatan pernah memperingatkan bahwa tindakan aborsi untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan berbahaya bagi wanita.

Aborsi, jelas otoritas kesehatan China saat itu, berisiko menyebabkan kemandulan.

Baca juga: China Batasi Aborsi dengan Tujuan Non-medis untuk Mendorong Angka Kelahiran

Baca juga: Aktivis Jepang Tak Setuju Aturan yang Mengharuskan Perempuan Minta Izin Pria Jika Ingin Aborsi

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)

Dewan negara bagian mengatakan pedoman baru yang dirilis pada Senin ini bertujuan meningkatkan akses perempuan ke layanan kesehatan pra-kehamilan.

Namun kebijakan ini nampaknya merupakan bagian dari usaha pemerintah China meningkatkan angka kelahiran.

China hingga kini masih menyandang predikat negara terpadat di dunia.

Namun sensus terakhir menunjukkan pertumbuhan populasi dari 2011 - 2020 melambat.

Bahkan periode ini disebut memiliki pertumbuhan populasi paling lambat sejak 1950-an dan diperkirakan kondisi ini akan memburuk dalam beberapa tahun ke depan.

Tingkat kesuburan turun dari 1,6 kelahiran hidup per-wanita pada 2016 menjadi 1,3 per-wanita pada 2020.

Setelah bertahun-tahun mencoba membatasi pertumbuhan penduduk, Beijing kini menjanjikan kebijakan baru untuk mendorong kelahiran lebih banyak anak.

Pada Juni lalu, muncul kebijakan pasutri boleh memiliki tiga anak, tidak dibatasi hanya dua saja seperti sebelumnya.

Ada juga kebijakan baru untuk mengurangi beban keuangan dalam membesarkan anak yang tengah disosialisasikan.

Kebijakan terbaru ini menyoroti kekhawatiran di Beijing tentang tingginya jumlah aborsi di China karena didorong kebijakan keluarga berencana.

Ilustrasi ibu hamil (pixabay.com)

Baca juga: Bank Sentral China Suntik Dana Tunai, Evergrande Selamat dari Gagal Bayar?

Selama beberapa dekade ini, masyarakat menggunakan cara aborsi, bersamaan dengan kontrasepsi, dan tindakan sterilisasi untuk menjaga pertumbuhan populasi.

Menurut statistik pemerintah, dokter di China melakukan 336 juta aborsi pada tahun 1971 hingga 2013.

Aborsi selektif jenis kelamin juga merupakan hal yang biasa di China.

Ini menjadikan Negara Tirai Bambu mengalami ketidakseimbangan gender yang tinggi, dengan 30 juta lebih banyak pria dibanding wanita.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini