“Saya pergi ke pasar Bamiyan setiap pagi, tetapi saya kembali tanpa membawa apa-apa,” kata Mahram, seorang tukang batu berusia 42 tahun.
“Ketika ada pekerjaan, saya bisa mendapatkan upah 300 afghani ($ 3,75) per hari,” tambahnya.
Sekarang keluarga bertahan hidup dengan cara mengirim anak-anak mereka untuk membantu memanen kentang.
“Para petani memberi mereka sedikit gaji,” kata Mahram.
"Hanya itu yang kita dapat, dan juga sedikit roti."
“Tapi dalam 10 hari, panen akan berakhir, dan kami akan kelaparan. Orang-orang bisa mati.”
Seperti kebanyakan orang yang tinggal di wilayah tersebut, keluarganya adalah Hazara, minoritas etnis Syiah yang telah terpinggirkan dan dianiaya di Afghanistan selama berabad-abad.
Kemenangan Taliban, yang terdiri dari kelompok garis keras Sunni yang melihat masyarakat sebagai bidat, telah menyebabkan kepanikan.
Penduduk di Bamiyan juga tidak memiliki akses listrik.
Bahkan untuk mendapatkan air, mereka harus berjalan jauh ke sungai di lembah setiap hari.
Baca juga: Keamanan ala Taliban Buat Angka Kejahatan di Afghanistan Turun, Pencuri Diarak hingga Digantung
Baca juga: Taliban Diduga Bunuh 13 Orang dari Etnis Hazara dalam Baku Tembak di Afghanistan
Wakil kepala dewan lokal, Saifullah Aria, mengatakan keadaan warga sangat mengerikan.
“Di sini, orang-orang miskin. Sangat miskin,” katanya.
“Mereka biasanya menghasilkan 100-200 afghani sehari, tetapi selama enam minggu terakhir, saat kembalinya Taliban, mereka tidak menghasilkan apa-apa.”
Dia mengatakan, kebanyakan dari mereka makan hanya satu kali sehari dengan kentang dan roti.
Aria menambahkan bahwa dia belum pernah melihat LSM mencapai lembah.
Permintaan bantuan dari otoritas Bamiyan setempat juga tidak dijawab.
(Tribunnews.com/Yurika)