News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jack Ma Hilang

Jarang Muncul di Publik, Miliarder Pendiri Alibaba Jack Ma Dilaporkan Tampil Kembali di Hong Kong

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jack Ma Yun, guru bahasa Inggris yang menjadi wirausahawan di balik raksasa e-commerce China Alibaba, muncul selama acara kesejahteraan sosial bertema guru pedesaan melalui tautan video pada hari Rabu 20 Jan 2021. Kemunculannya itu merupakan penampilan publik pertamanya dalam tiga bulan sejak Alibaba berada di bawah peraturan yang lebih ketat di tengah upaya bangsa untuk mengendalikan monopoli berbasis internet.

TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, dilaporkan sedang berada di Hong Kong dan bertemu dengan rekan bisnisnya beberapa hari terakhir.

Dilansir dari Channel News Asia, dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Jack Ma bertemu setidaknya dengan “beberapa” rekan bisnis saat makan minggu lalu.

Salah satu sumber mengatakan kunjungan itu menandai perjalanan pertamanya ke Hong Kong, yang menjadi pusat keuangan Asia, sejak Oktober lalu.

Sumber tersebut menolak untuk diidentifikasi karena kendala kerahasiaan.

Ma, yang pernah menjadi pengusaha paling terkenal dan blak-blakan di China, tidak muncul di publik sejak peraturan larangan terhadap kerajaan bisnisnya dimulai akhir tahun lalu.

Baca juga: Menghilang Sejak November, Pendiri Alibaba Jack Ma Akhirnya Muncul di Hadapan Publik

Baca juga: Pasca-Kemunculan Pertama Jack Ma setelah Disebut Menghilang, Saham Alibaba Melonjak Drastis

Miliarder China menahan diri dari public sejak menyampaikan pidato di Shanghai yang mengeritik regulator keuangan China pada Oktober tahun lalu.

Pidato ini memicu serangkaian peristiwa yang mengakibatkan batalnya IPO besar Ant Group miliknya.

Sejak saat itu, Ma membatasi penampilan di publik.

Alibaba tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja regulernya. Komentar dari Ma biasanya datang melalui perusahaan.

Ma, yang sebagian besar berbasis di Kota Hangzhou, Tiongkok timur, tempat kerajaan bisnisnya bermarkas, memiliki setidaknya satu rumah mewah di bekas koloni Inggris yang juga menampung beberapa operasi bisnis lepas pantai perusahaannya.

Baca juga: Narasumber dari Alibaba: Jack Ma Hanya Menghindari Tampil di Publik dan Tak Hilang atau Ditahan

Baca juga: Jack Ma Disebut Tidak Hilang, CNBC Ungkap Pendiri Alibaba Ini Mungkin Berada di Huangzhou

Alibaba juga terdaftar di Hong Kong, selain New York.

Mantan guru bahasa Inggris itu menghilang dari pandangan publik selama tiga bulan sebelum muncul kembali pada Januari, berbicara kepada sekelompok guru melalui video.

Itu meredakan kekhawatiran tentang ketidakhadirannya yang tidak biasa dari pusat perhatian dan membuat saham Alibaba melonjak.

Sumber perusahaan menyebutkan bahwa Ma melakukan kunjungan langka ke kampus Hangzhou Alibaba pada Mei lalu, dalam acara tahunan staf dan keluarga "Hari Ali" perusahaan.

Pada 1 September, foto-foto Ma mengunjungi beberapa rumah kaca pertanian di Provinsi Zhejiang timur, rumah bagi Alibaba dan afiliasi fintechnya  A-nt, menjadi viral di media sosial China.

Baca juga: Cina Mulai Penyelidikan Anti-Monopoli terhadap Alibaba

Baca juga: Mulai 8 Oktober, Raksasa e-commerce China Alibaba Stop Penjualan Peralatan Penambangan Kripto

Hari berikutnya, Alibaba mengatakan akan menginvestasikan 100 miliar yuan (Rp 217 triliun) pada tahun 2025 untuk mendukung kemakmuran bersama.

Ini akan menjadikan perusahaan raksasa terbaru yang menjanjikan dukungan untuk inisiatif pembagian kekayaan yang disokong Presiden China Xi Jinping.

Alibaba dan perusahaan saingan teknologinya telah menjadi sasaran tindakan keras regulasi  pemerintah terhadap berbagai masalah mulai dari perilaku monopolistik hingga hak-hak konsumen.

Raksasa e-commerce ini didenda 2,75 miliar dolar AS  (sekitar Rp 38,5 triliun) pada bulan April karena pelanggaran monopoli.

Awal tahun ini, pemerintah China  juga memberlakukan restrukturisasi menyeluruh pada Ant, yang gagal melakukan penawaran umum perdana senilai 37 miliar dolar AS (sekitar Rp 518 triliun) di Hong Kong dan di Pasar STAR akan menjadi yang terbesar di dunia. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini