TRIBUNNEWS.COM - Uni Eropa janji akan memberikan paket bantuan kepada Afghanistan senilai satu miliar euro ($ 1,15 miliar).
Hal itu dilakukan untuk mencegah keterpurukan ekonomi di Afghanistan.
"(Bantuan) untuk mencegah keruntuhan kemanusiaan dan sosial ekonomi yang besar", kata kepala komisi Eropa, Ursula von der Leyen, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, bantuan yang diberikan sejumlah 250 juta euro ($288 juta), kemudian ditambah menjadi 300 juta euro ($346 juta) yang digunakan untuk kebutuhan kemanusiaan yang mendesak.
Kemudian, sisanya diberikan ke negara-negara tetangga Afghanistan yang menampung orang-orang Afghanistan yang melarikan diri dari pemerintahan Taliban.
Baca juga: Sekjen PBB Kecam Taliban, Dianggap Tak Tepati Janjinya kepada Wanita dan Anak Perempuan Afghanistan
Baca juga: Warga Afghanistan yang Pernah Menyelamatkan Joe Biden Berhasil Dievakuasi
Von der Leyen membuat janji itu pada KTT G20 secara virtual yang diselenggarakan oleh Italia untuk membahas situasi kemanusiaan dan keamanan di Afghanistan.
Anggota G20 di antaranya, Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Turki, Rusia, India dan Arab Saudi.
Setelah pertemuan G7 sebelumnya di Afghanistan, Perdana Menteri Italia Mario Draghi telah mendorong diskusi yang lebih luas dengan melibatkan negara lainnya.
Pernyataan Von der Leyen menekankan bahwa dana Uni Eropa adalah dukungan langsung untuk Afghanistan.
Bantuan akan disalurkan ke organisasi internasional yang bekerja di lapangan, bukan kepada pemerintah Taliban, yang tidak diakui oleh Brussels.
Bantuan pembangunan UE berbeda dengan bantuan kemanusiaan.
Baca juga: AS dan Taliban akan Bertemu Pertama Kalinya Sejak Afghanistan Diambil Alih
Baca juga: ISIS-K Akui Dalangi Teror di Masjid Syiah di Afghanistan, Bomber Ledakkan Diri di Tengah Jemaah
Leyen meminta negara Uni Eropa untuk segera memberikan bantuan kepada rakyat Afghanistan.
“Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mencegah keruntuhan besar kemanusiaan dan sosial ekonomi di Afghanistan. Kita harus melakukannya dengan cepat,” kata von der Leyen.
Negara-negara Uni Eropa mewaspadai prospek gelombang pencari suaka Afghanistan yang mencoba memasuki blok tersebut, seperti yang terjadi pada 2015 dengan pengungsi yang melarikan diri dari perang di Suriah.