TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 5 orang pengunjuk rasa tewas dan beberapa lainnya terluka saat kerusuhan terjadi di Beirut, Kamis (14/10/2021), menurut Palang Merah Lebanon dan laporan media lokal yang dihimpun Independent.
Saksi mata mengatakan mereka mendengar setidaknya dua ledakan di dekat lokasi yang seharusnya menjadi tempat aksi protes.
Aski protes dipelopori milisi Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, terhadap seorang hakim yang sedang menyelidiki ledakan pelabuhan Beirut tahun lalu.
Hizbullah dan sekutunya memimpin tuntutan untuk mencopot Hakim Tarek Bitar, yang mereka tuduh bias.
Ketegangan atas penyelidikan telah meningkat selama berbulan-bulan.
Beberapa ratus orang akhirnya berkumpul di dekat istana pengadilan pada Kamis pagi untuk ambil bagian dalam protes tersebut.
Baca juga: Laporan Badan Intelijen Lebanon setebal 350 Halaman, Ungkap Penangung Jawab Ledakan Beirut
Baca juga: Pasca Ledakan Beirut, Lebih dari 4 Ton Amonium Nitrat Ditemukan Dekat Pelabuhan
Beberapa terlihat menginjak-injak foto Bitar.
Tentara Lebanon dikerahkan secara besar-besaran di daerah itu.
Para pengunjuk rasa di Beirut dilaporkan ditembaki ketika mereka sedang menuju Istana Kehakiman untuk mengadakan demonstrasi itu.
"Ketika pengunjuk rasa pergi ke Istana Kehakiman, mereka ditembaki di daerah Tayounah," kata sebuah pernyataan militer.
Pernyataan itu juga memperingatkan akan menembak siapa pun yang membawa senjata, mendesak orang-orang untuk tetap di rumah mereka.
Tembakan keras meletus ketika para pendukung kelompok Syiah mencoba untuk menyeberangi bundaran Tayouneh.
Bundaran Tayouneh terletak di perbatasan antara wilayah yang didominasi Syiah dan Kristen dan pernah menjadi garis depan dalam perang saudara 1975-90 di negara itu.
Rekaman video menunjukkan tembakan senjata berat dan bentrokan antara tentara Lebanon dan orang-orang bersenjata tak dikenal di dekat daerah Ain al-Romaneh, yang didominasi oleh orang-orang yang dianggap sebagai pendukung 14 Maret, lawan politik Hizbullah.
Tentara-tentara terlihat menembakkan senapan mesin otomatis dari atas kendaraan lapis baja ke arah gedung tempat para perusuh berlindung.
Beberapa menit kemudian, dua ledakan terdengar di dekat lokasi bentrokan, diikuti oleh penarikan pasukan yang ditempatkan di dekatnya, menurut laporan berita lokal.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Najib Mikati mengimbau agar masyarakat tetap tenang.
Ia juga mendesak orang-orang "untuk tidak terseret ke dalam perselisihan sipil".
Juru bicara istana kepresidenan mengatakan presiden Michel Aoun telah menghubungi Mikati, menteri dalam negeri dan militer serta kepala tentara untuk menenangkan situasi di Beirut.
Hizbullah dan sekutunya, kelompok Gerakan Syiah Amal,kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengkonfirmasi pendukung mereka ditembaki oleh orang-orang bersenjata di atap gedung.
Pernyataan itu juga menyerukan ketenangan dan memperingatkan agar tidak terjadi perselisihan dan kekacauan.
"Para pengunjuk rasa terkena tembakan langsung dari penembak jitu di atap gedung, diikuti dengan penembakan intens yang mengakibatkan jatuhnya martir dan beberapa mengalami cedera serius, karena penembakan itu diarahkan ke kepala," kata pernyataan itu.
TV al-Manar Hizbullah kemudian mengkonfirmasi "lima martir" dan beberapa yang terluka telah dibawa ke rumah sakit di pinggiran selatan Syiah.
Pihak yang menentang Hakim Bitar merasa keberatan atas upayanya dalam menanyai politisi senior dan pejabat keamanan atas kecurigaan kelalaian yang memungkinkan tumpukan besar amonium nitrat meledak di pelabuhan Beirut tahun lalu.
Meskipun tidak ada anggotanya yang menjadi sasaran penyelidikan, Hizbullah yang bersenjata lengkap menuduh Bitar melakukan penyelidikan yang dipolitisasi.
Kelompok Hizbullah mengatakan penyelidikan tersebut menargetkan sekutu terdekatnya, di antaranya tokoh senior di Gerakan Amal yang menduduki jabatan menteri selama tujuh tahun yang berhubungan disimpannya amonium nitrat secara tidak aman di pelabuhan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)