"Banyak yang datang dengan gegar otak," jelas Salman.
Di antara korban terluka adalah Muhanad (17) yang tertembak di tulang belakang.
Setelah tersiar kabar kudeta, Muhanad berjalan lebih dari 15 km dari rumahnya menuju markas militer bersama ribuan pengunjuk rasa lainnya.
Tetapi ketika rombongannya sampai di markas militer, mereka diadang Pasukan Pendukung Cepat, paramiliter yang terkenal kejam, dan pasukan keamanan lainnya.
"Kami melarikan diri dan terus berlari. Tapi kemudian saya tertembak dan melihat banyak lainnya jatuh, di antaranya seorang pria tua yang meninggal," ujar Muhanad.
Pengunjuk rasa lainnya, Mohamed (21) mengaku dipukuli hingga pingsan.
Baca juga: Kudeta di Sudan: Sedikitnya 7 Demonstran Tewas, 140 Lainnya Terluka
Baca juga: Upaya Kudeta di Sudan: Militer Tahan PM dan Pejabat, Internet Mati hingga Penerbangan Ditangguhkan
"Mereka meminta saya untuk mengatakan 'militer' (merujuk pada nyanyian kata 'sipil' oleh para demonstran yang menentang kudeta) tetapi saya tidak mengatakan sepatah kata pun."
"Jadi delapan dari mereka mengepung saya dan terus memukuli saya dengan tongkat, dan salah satu dari mereka berdiri di atas kepala saya sebelum mencukur rambut saya," kata Mohamed.
Kekerasan tidak hanya terjadi pada warga sipil, tapi juga pejabat Sudan yang ditangkap militer.
Menteri Luar Negeri dari pemerintahan yang dibubarkan, Mariam al-Mahdi mengatakan kepada AP News bahwa istri Menteri Urusan Kabinet Khalid Omar bercerita kepadanya soal penyiksaan militer kepada sang suami.
"Mereka (pasukan militer) membawa Khalid tanpa alas kaki, hanya mengenakan pakaian tidurnya," katanya, menjelaskan bahwa Khalid juga dianiaya selama penangkapan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)