Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, OSLO - Badan Obat Norwegia sejauh ini memproses 1.264 laporan gangguan menstruasi setelah vaksinasi virus corona (Covid-19).
Beberapa perempuan kehilangan masa menstruasi sepenuhnya, lalu yang lain mengalami pendarahan setelah masa menopause.
Sementara banyak perempuan lainnya menderita lebih banyak rasa sakit dan pendarahan yang lebih berat.
Dokter Lill Trogstad dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (FHI) mengatakan hubungan antara gangguan menstruasi dan vaksin tidak dapat dikesampingkan.
"Perempuan yang melaporkan ini bukanlah mereka yang mengalami pendarahan satu hari saja. Beberapa harus menerima perawatan untuk menghentikan pendarahan, dan yang lainnya mengalami pendarahan selama berminggu-minggu. Kami menanggapi laporan ini secara serius dan berusaha keras untuk mempelajari koneksi apapun," kata Trogstad.
Baca juga: Syarat dan Ketentuan Vaksinasi Covid-19 untuk Anak 6 Tahun ke Atas, Pakai Vaksin Sinovac
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (5/11/2021), efek samping yang dilaporkan disebut terkait dengan ketiga vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi Norwegia yakni Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Menurut Badan Obat Norwegia, saat ini tidak mungkin untuk menyebut mana vaksin yang paling terindikasi.
"Kita tidak boleh meremehkan ini, ada penyakit yang signifikan, namun gangguan menstruasi adalah fenomena umum. Oleh karena itu, sulit untuk sampai pada kesimpulan yang pasti. Kami tidak mengesampingkan bahwa mungkin ada hubungan antara vaksin dan gangguan menstruasi," jelas Kepala Dokter Badan Obat Norwegia, Sigurd Hortemo.
Baik Badan Obat Norwegia maupun FHI menyatakan bahwa ada jauh lebih banyak perempuan yang mengalami gangguan menstruasi setelah vaksinasi namun tidak terdata.
"Kami cukup yakin, kami rasa masih banyak perempuan yang mengalami gangguan menstruasi, tanpa melaporkannya," kata Hortemo.
Perlu diketahui, menurut survey, ada lebih dari 200 perempuan yang mengalami perubahan pola menstruasi setelah vaksinasi, hanya 35 persen yang melaporkannya.
Selama pandemi, Badan Obat Norwegia telah menerima total 37.859 laporan efek samping setelah vaksinasi.
Dari jumlah tersebut, 17.000 laporan masih belum diproses, ini menunjukkan bahwa jumlah gangguan menstruasi yang dilaporkan dapat meningkat lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah ini, FHI saat ini akan menindaklanjuti dengan 60.000 perempuan Norwegia berusia antara 11 hingga 80 tahun untuk memetakan pola perdarahan mereka dan mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan 'apakah gangguan menstruasi terkait dengan vaksin atau tidak'.
Namun, FHI menekankan bahwa mereka belum memiliki bukti bahwa gangguan tersebut berbahaya atau dapat menyebabkan perubahan permanen.
Sejauh ini, belum ada perubahan rekomendasi kesehatan untuk kaum perempuan.
Otoritas kesehatan Norwegia pun menegaskan bahwa semua orang dewasa di atas usia 18 tahun harus tetap divaksinasi.