News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Pimpinan Taliban Peringatkan Ancaman Penyusup yang Melawan Pemerintah

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin tertinggi Taliban yang kini menguasai Afghhanistan, Haibatullah Akhundzada.

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Taliban, Haibatullah Akhunzada memperingatkan anggota kelompoknya terhadap ancaman penyusup yang berusaha melawan pemerintahan.

Diwartakan Al Jazeera, peringatan ini dirilis di media sosial Taliban pada Kamis (4/11/2021). 

Peringatan ini muncul di tengah eskalasi serangan dari kelompok garis keras.

Akhunzada sebelumnya belum pernah terlihat di depan umum sejak Taliban mengambil alih negara.

Baca juga: Taliban Resmi Melarang Penggunaan Mata Uang Asing di Afghanistan

Baca juga: 19 Orang Termasuk Komandan Senior Taliban Tewas dalam Serangan ISIS-K di RS Kabul Afghanistan

Pemimpin baru Taliban Haibatullah Akhundzada (AP)

Namun dia berkali-kali memperingatkan potensi masuknya penyusup di tubuh Taliban untuk merusak citranya.

Pada September lalu, pejabat Menteri Pertahanan Mullah Mohammad Yaqoob menyuarakan keprihatinannya terkait hal ini.

"Ada beberapa orang jahat dan korup yang ingin bergabung dengan kami."

"Untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri atau untuk mencemarkan nama baik kami dan membuat kami terlihat buruk," katanya dalam pesan video.

Lebih lanjut, Yakoob, putra pendiri Taliban ini juga mengatakan akan menindak oknum yang melanggar.

Taliban dalam beberapa bulan terakhir ini, memperluas perekrutan untuk memenuhi janji menjaga keamanan Afghanistan.

Sayangnya, usaha itu beberapa kali tersendat oleh serangan ISIS-K, afiliasi kelompok teroris ISIS yang aktif di Irak dan Suriah.

Serangan terakhir, terjadi di rumah sakit militer terbesar di Afghanistan, di ibu kota Kabul.

Ledakan diikuti rentetan tembakan itu terjadi pada Selasa (2/11/2021).

Sedikitnya 19 orang tewas dan serangan ini telah diklaim ISIS-K.

Taliban juga berjanji memberikan amnesti nasional dan mengizinkan perusahaan media swasta untuk bebas beroperasi.

Namun, muncul laporan pejuang Taliban diduga menyerang wartawan hingga menyita properti di beberapa provinsi.

Baca juga: Taliban akan Menghukum Warga Afghanistan yang Nekat Menggunakan Mata Uang Asing

Baca juga: Keluarga Korban Kecam Taliban yang Berikan Penghormatan Kepada Pelaku Bom Bunuh Diri

Seorang pengungsi domestik Afghanistan berpakaian burqa menggendong seorang anak di kamp pengungsi Saray Shamali di Kabul pada Selasa (2/11/2021). Taliban melarang penggunaan semua mata uang asing di Afghanistan, sementara perekonomian di ambang kehancuran. (AFP)

Menyusul laporan ini, Akhunzada mengeluarkan dekrit pada akhir September lalu.

Dalam dekrit itu, dikatakan bahwa anggota Taliban dilarang masuk rumah dan kantor di Kabul atau sekitarnya dengan dalih memeriksa kendaraan atau muatan.

Kendati demikian, kembali muncul laporan pejuang Taliban memaksa ratusan keluarga keluar dari rumah mereka di Daikondi.

Menurut laporan Al Jazeera pada 28 Oktober 2021, ada lebih dari 30 kasus kekerasan dan ancaman terhadap jurnalis Afghanistan dalam dua bulan terakhir.

Hampir 90% diantaranya dilakukan oleh Taliban.

Lebih dari 40% kasus yang dicatat oleh Persatuan Jurnalis Nasional Afghanistan (ANJU) adalah kekerasan berupa pemukulan fisik.

40% lainnya berupa ancaman kekerasan verbal, kata Masorro Lutfi, ketua ANJU pada Rabu.

Sisanya melibatkan kasus-kasus di mana wartawan dipenjara selama sehari.

Siapa ISIS-K?

ISIS-K (Washington Examiner)

ISIS-K merupakan afiliasi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau juga disebut ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) yang aktif di Asia Tengah dan Asia Selatan.

Cabang kelompok teroris ini muncul beberapa bulan setelah militan IS (Islamic State) melakukan serangan di Suriah dan Irak.

ISIS-K bermula dari pejuang Taliban Pakistan yang bersembunyi di perbatasan Afghanistan karena terusir oleh operasi militer.

Ekstremis lain yang memiliki pemahaman sama dengan orang-orang ini turut bergabung.

Beberapa diantaranya yakni pejuang Taliban Afghanistan yang tidak puas dengan kelompok mereka sendiri karena dianggap berpikiran moderat dan ingin damai.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini