News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PM Irak Mustafa al-Kadhimi Selamat dari Upaya Pembunuhan, Drone Berisi Peledak Hantam Kediamannya

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi berbicara selama konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Angela Merkel (tidak dalam gambar) di Kanselir di Berlin pada 20 Oktober 2020.

TRIBUNNEWS.COM - Ledakan menghantam kediaman Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, beberapa kantor berita melaporkan pada hari Minggu (7/11/2021), mengutip pejabat Irak.

Perdana menteri diyakini selamat dan tidak terluka dalam serangan itu, kata militer dan pemerintah.

Dilansir DW, pemerintah Irak menyebut serangan drone tersebut sebagai upaya pembunuhan.

Menurut pernyataan dari militer Irak, serangan itu dilakukan oleh pesawat tak berawak bersenjata yang membawa bahan peledak.

Pesawat tak berawak itu menargetkan kediaman perdana menteri, yang terletak di Zona Hijau yang dijaga ketat di ibu kota Baghdad.

Baca juga: Dari Irak ke Belarus: Bagaimana Para Pengungsi Bisa Sampai ke Eropa?

Baca juga: ISIS Serang Sebuah Desa di Irak Timur karena Tak Diberi Uang Tebusan, 11 Warga Sipil Tewas

Al-Kadhimi tidak terluka dalam serangan itu.

Ia lalu menulis cuitan di Twitter, memberitahukan kondisinya.

"Saya baik-baik saja, terima kasih Tuhan," kata perdana menteri.

"Saya menyerukan ketenangan dan pengendalian diri dari semua orang untuk Irak."

Cuitan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi (Screenshot Twitter)

Sementara itu, belum diketahui siapa yang berada di balik serangan itu.

Mustafa al-Kadhimi Terpilih sebagai Perdana Menteri setelah 6 Bulan Kerusuhan Politik

Setelah enam bulan terjadi kerusuhan politik, parlemen Irak akhirnya menyetujui pemerintahan baru.

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, pada Mei 2020, Irak dipimpin menteri baru yakni Mustafa al-Kadhimi.

Dia adalah kepala intelijen Irak dan mantan jurnalis di negara itu.

Namun, Kadhimi harus memulai pemerintahannya dengan jajaran kabinet yang belum lengkap lantaran sejumlah kandidat menteri ditolak.

Baca juga: Pekerja Migran Indonesia asal Indramayu di Irak Dipaksa Majikan Kerja 17 Jam Sehari

Baca juga: SOSOK Sami Jasim al-Jaburi, Salah Satu Pemimpin Top ISIS yang Berhasil Ditangkap Pasukan Irak

Para pejabat Irak mengatakan Kadhimi dapat diterima oleh Amerika Serikat dan Iran.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyambut pemerintahan baru dibawah Kadhimi itu.

Dia juga mengatakan, Washington akan memperbarui 120 hari pengabaiannya kepada Irak.

Sehingga Irak bisa mengimpor listrik dari Iran untuk mengondisikan pemerintahan yang baru dengan baik.

Sebelumnya, pemimpin sementara yakni Adel Abdul Mahdi, tahun lalu mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri setelah didemo masyarakat.

Baca juga: Aliansi Politik Pro Iran Alami Kekalahan dalam Pemilu Irak

Baca juga: Siapa Sami Jasim al-Jaburi? Anggota Senior ISIS yang Baru Saja Ditangkap Pasukan Irak, Ini Perannya

Ribuan demonstran anti pemerintah turun ke jalan dan menuntut para elit penguasa Irak agar meninggalkan jabatannya.

Mereka menuduh kelas politik yang mengambil alih setelah invasi AS 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein dari korupsi yang telah menyebabkan negara itu menjadi disfungsi dan kehancuran ekonomi.

Pertempuran atas portofolio pemerintah sejak pengunduran diri Abdul Mahdi pada November mencegah dua calon perdana menteri untuk membentuk kabinet.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini