TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Israel telah meluncurkan latihan nasional dalam format 'permainan perang' untuk menilai kesiapan negara itu dalam menghadapi wabah jenis baru virus corona (Covid-19) yang belum diketahui.
Simulasi yang dijuluki 'Omega drill' ini diumumkan dalam media sosial Twitter oleh Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Rabu lalu.
Bennett menyampaikan simulasi ini mengacu pada 'strain Omega' untuk menggambarkan mutasi virus berikutnya yang belum ditemukan.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (12/11/2021), latihan tersebut akan dipimpin oleh Menteri Pertahanan Sipil Israel di ruang situasi di Pusat Manajemen Nasional di Yerusalem.
Nantinya, latihan ini akan menempatkan lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintah pada langkah masing-masing untuk melihat apakah mereka mampu menghadapi 'varian Covid-19 baru yang mematikan'.
Dipuji sebagai yang pertama di dunia oleh kantor Bennett, game ini tidak hanya akan melihat kesiapan negaranya dalam menerapkan pembatasan pertemuan dan pergerakan di masa mendatang saja.
Baca juga: Dua Tentara Suriah Terluka dalam Serangan Udara Israel
Namun juga kebijakan karantina dan penguncian (lockdown), serta menguji pengawasan dan peringatan yang akan dikeluarkan saat varian baru berkembang.
Latihan ini juga akan menguji respons fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit, serta kesiapan di sektor lainnya.
"Sementara di beberapa tempat di dunia, situasi virus corona memburuk, Israel aman dan terlindungi. Untuk mempertahankan ini dan untuk melanjutkan rutinitas harian kita, kita harus tetap waspada dan bersiap untuk skenario apapun," kata Bennett.
Bennet kemudian memuji tanggapan Israel terhadap pandemi dan menyatakan bahwa negara itu 'dalam kondisi sangat baik' setelah mengalahkan gelombang infeksi ke-4.
Perlu diketahui, Israel menjadi salah satu negara pertama yang meluncurkan skema vaksin dosis penguat (booster) di musim panas.
Program booster ini dimulai dengan populasi yang lebih tua, kemudian menurun sesuai kelompok usia lainnya.
Bennett memuji skema tersebut dan menyatakan Israel merupakan 'pelopor dosis booster' Covid-19.