Dia kemudian membangun kabin kayu, mula-mula bereksperimen dengan desainnya menggunakan kayu-kayu kecil.
Empat dekade berlalu, kabin ini memiliki banyak kayu bakar tapi tidak ada aliran listrik, gas, maupun air ledeng — dan tidak ada sinyal telepon.
Ken harus menebang kayu di hutan dan membawanya kembali ke pondoknya yang terpencil.
Dia menanam sayuran dan mengumpulkan buah berry, namun makanan utamanya berasal dari danau.
"Jika Anda ingin belajar bagaimana hidup secara mandiri, maka Anda harus belajar memancing," katanya.
Sepuluh hari setelah sutradara film Lizzie meninggalkan kabinnya, pada Februari 2019, "pertapaan" Ken harus berakhir ketika dia harus dibawa pulang karena terserang stroke saat berada di luar rumah yang saat itu bersalju.
Beruntung, Ken menggunakan alat pelacak GPS, yang diberikan kepadanya beberapa hari sebelumnya. Ia berhasil memicu sinyal SOS, yang secara otomatis terkirim ke pusat respons di Houston, Texas.
Petugas memberi tahu penjaga pantai di Inggris dan Ken dibawa dengan helikopter ke rumah sakit di Port William, di mana dia kemudian dirawat selama tujuh minggu.
Para petugas di rumah sakit melakukan apa yang mereka bisa supaya Ken bisa kembali hidup mandiri, dan para dokter mencoba mengajaknya kembali ke peradaban, di mana dia bisa tinggal di apartemen dan mendapatkan perawat.
Tapi Ken hanya ingin kembali ke kabin kayunya.
Maski begitu, "penglihatan ganda" yang dideritanya setelah stroke, ditambah kehilangan ingatan, berarti Ken harus mau menerima lebih banyak bantuan ketimbang sebelumnya.
Kepala perkebunan, yang menjaga hutan tempat Ken tinggal, membawakan makanan untuknya setiap beberapa pekan sekali. Ini dibayarnya dengan dana pensiunnya sendiri.
"Orang-orang sangat baik kepada saya akhir-akhir ini," kata Ken.
Setahun setelah penyelamatannya, Ken harus diangkut dengan helikopter lagi setelah ia terluka karena tertimpa tumpukan kayu.