TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Polusi udara di Delhi, India, semakin memburuk hingga ke tingkat membahayakan. Pemerintah setempat menutur seluruh sekolah tanpa batas waktu, mendesak warga bekerja dari rumah, dan melarang truk non-esensial masuk ke ibu kota India itu.
Salah satu kota paling tercemar di dunia yang dihuni sekitar 20 juta orang, Delhi setiap musim dingin diselimuti kabut asap tebal.
Dilansir dari The Straits Times, pada hari Sabtu (13/11/2021), pemerintah Delhi telah memerintahkan sekolah untuk tutup selama seminggu dan melarang pekerjaan konstruksi selama empat hari.
Tetapi dalam perintah yang disahkan Selasa (16/11/2021), Komisi Manajemen Kualitas Udara untuk Delhi mengatakan semua institusi pendidikan harus tetap tutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Perintah itu dengan tegas menyatakan, truk kecuali yang membawa barang-barang penting dilarang memasuki ibu kota hingga 21 November dan sebagian besar kegiatan konstruksi dihentikan.
Baca juga: Sehari setelah Perayaan Diwali, Delhi India Dipenuhi Kabut Asap, Indeks Kualitas Udara Mencapai 999
Baca juga: Polusi di New Delhi Kian Berbahaya, Pemerintah India Hentikan Kegiatan Konstruksi & Tutup Sekolah
Senjata anti-kabut asap dan kendaraan penyemprot air diperintahkan untuk beroperasi di titik api setidaknya tiga kali sehari.
Enam dari 11 pembangkit listrik termal dalam radius 300 km diperintahkan untuk menghentikan operasi sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Komisi juga mengatakan bahwa setidaknya 50 persen staf yang bekerja di pemerintahan harus bekerja dari rumah dan mendorong mereka yang bekerja di perusahaan swasta melakukan hal serupa.
Perintah itu muncul beberapa hari setelah pemerintah Delhi menolak seruan Mahkamah Agung India agar mengumumkan lockdown polusi.
Jika dilakukan, ini lockdown pertama yang akan membatasi populasi kota di rumah mereka.
Baca juga: Kualitas Udara Memburuk, New Delhi Tutup Sekolah hingga Kantor Pemerintahan
Baca juga: Busa Beracun Cemari Sungai Delhi India
Salah satu penyumbang polusi udara di musim dingin adalah asap dari para petani yang membakar sisa tanaman mereka di negara bagian tetangga.
Pemerintah, bagaimanapun, mengatakan kepada Mahkamah Agung bahwa industri adalah penyumbang terbesar diikuti oleh polusi kendaraan dan debu.
Minggu ini dilaporkan bahwa tingkat PM 2.5 telah mencapai lebih dari 400 di beberapa bagian kota.
PM 2.5 menunjukkan partikel paling berbahaya yang bertanggung jawab atas penyakit paru-paru dan jantung kronis.
Pekan lalu, levelnya menyentuh 500 yang lebih dari 30 kali batas maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Rumah Sakit Fortis di New Delhi Keluarkan Tanda SOS, Oksigen Hanya Bertahan 6 Jam
Sebuah laporan Lancet pada tahun 2020 mengatakan hampir 17.500 orang meninggal di Delhi pada tahun 2019 karena polusi udara.
Dan sebuah laporan oleh organisasi Swiss IQAir tahun lalu menemukan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)