Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tugas para pekerja nuklir di PLTN Fukushima Jepang sangat berisiko bahkan hingga mempertaruhkan nyawa. Namun semua itu harus dilakukan demi pasokan energi bagi banyak orang.
Maka tak heran muncul pahlawan nuklir seperti pada film Fukushima 50.
"Kerja kita sangat berat sampai menyangkut nyawa. Mudah kita lihat film Fukushima 50. Namun sebenarnya yang terjadi saat ledakan nuklir 2011 ada 69 orang bukan 50 orang saja yang berjuang menyelamatkan reaktor 1 agar tak menyebar luas dampaknya," papar papar Takahiro Kimoto, seorang pejabat Tepco khusus kepada Tribunnews.com, Senin (15/11/2021).
Perjuangan berat itu sangat terasa ketika kita berada di lokasi yang sebenarnya.
Tribunnews.com baru-baru ini meninjau langsung PLTN Fukushima, lokasi ledakan yang terjadi 10 tahun lalu itu.
Penjagaan sangat ketat. Maklum fasilitas yang sangat sensitif tidak untuk dilihat semua orang sehingga sekuriti dilakukan teramat ketat termasuk larangan mengambil foto.
Gambar hanya boleh dilakukan dengan kamera tertentu saja. Itu pun hasil foto ditinjau ketat sebelum meninggalkan lokasi PLTN Fukushima.
Perjuangan para pekerja nuklir sangat berat agar tidak terulang kembali kejadian 10 tahun lalu yang membuat masyarakat sekitar belum kembali ke kampung halamannya.
Salah satunya karena trauma dengan radiasi nuklir.
Namun kondisi saat ini sudah normal kembali. Radiasi di jalanan umum hanya 1,48 mikro sievert per jam. Satu angka normal dan tidak bermasalah bagi kesehatan.
Pembenahan reaktor nuklir No.3 dan 4 memang sudah selesai. Sedangkan Reaktor No.1 diperkirakan selesai tahun 2028 dan Reaktor No.2 selesai 2026.
Baca juga: Jalanan Bunga Sakura di Fukushima Jepang Apakah Terdampak Ledakan Pembangkit Nuklir?
Penggunaan robot untuk investigasi PMORH dilakukan untuk keamanan petugas pada reaktor No.1.
"Pembenahan reaktor yang rusak hingga normal kembali memang memakan waktu sangat panjang puluhan tahun bisa mencapai 30 tahun karena harus hati-hati dengan radiasi agar tidak mengenai petugasnya. Oleh karena itu kita menggunakan pakaian dan peralatan khusus dalam bekerja di reaktor No.1 dan No.2 tersebut," lanjutnya.
Meskipun demikian karena reaktor telah dicover dengan bangunan anti radiasi yang kuat, dampak perluasan radiasi dapat tertahan dan lingkungan sekitarnya jadi lebih aman.
Bahkan air limbah yang mengandung radioaktif didaur ulang dengan sangat aman, barulah dilakukan sekitar tahun 2023 dibuang ke laut.
Tentu saja setelah mendapat lampu hijau dari pihak IAEA (badan tenaga atom internasional) yang akan memeriksanya terakhir kali nantinya saat pembuangan limbah air nuklir.
Lalu bagaimana dengan pandemi virus corona yang sudah berjalan hampir dua tahun ini?
"Saat ini pengamanan dan proteksi dari penyakit dilakukan dengan sangat ketat sesuai protokol kesehatan dari pemerintah sehingga yang terinfeksi virus corona sedikit sekali," ujarnya.
Meskipun demikian 7 Agustus 2021 Tepco mengumumkan bahwa satu karyawan pria berusia 50-an di Kantor Konseling Kompensasi Nuklir Fukushima di Kantor Pusat Rekonstruksi Fukushima di Kota Fukushima dan tujuh pekerja perusahaan laki-laki yang bekerja sama berusia 30-an dan 60-an yang bekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi telah terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Pertama Kali Para Hakim Jepang Kunjungi Langsung Lokasi Ledakan Nuklir Fukushima
Keduanya dinyatakan positif pada tanggal 6 Agustus. Tidak disertifikasi sebagai klaster (populasi yang terinfeksi).
Kantor Konseling Kompensasi Nuklir Fukushima adalah orang pertama yang terinfeksi Covid-19, dan jumlah total orang yang terinfeksi terkait dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi adalah 70 orang hingga saat ini.
Pada titik ini, tidak ada dampak pada pekerjaan dekomisioning.
Jumlah orang yang bekerja di PLTN Fukushima saat ini sekitar 5.000 orang baik pekerja tetap (sekitar 90-an persen) maupun pekerja paruh waktu yang berjumlah puluhan orang.
"Jumlah pekerja wanita mungkin sekitar 10 persen saat ini yang bekerja di PLTN Fukushima," tambahnya.
Pekerjaan nuklir memang tidak mudah. Selain ketelitian, ilmu teknologi yang harus dikuasai, juga moral setiap sumber daya manusia (SDM) sangat penting agar terjaga dengan baik.
"Semua harus akurat terencana dengan baik, tidak boleh ada bohong dan mengikuti semua teknologi petunjuk yang ada dari perusahaan dengan tepat," jelasnya.
Baca juga: Pos Jepang Mulai Jual Saham Lagi Buat Bantu Rekonstruksi Fukushima 4 Triliun Yen
Tidak mudah memang mengelola sebuah pembangkit tenaga nuklir.
Namun dengan keterbatasan di bidang energi, nuklir masih tetap harus digunakan untuk jangka panjang di Jepang di samping pengetatan dan disiplin ditingkatkan berkali lipats agar bencana Fukushima tidak terulang lagi di masa depan. Semoga.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.