TRIBUNNEWS.COM - Barbados pekan depan akan memecat Ratu Inggris, Elizabeth II sebagai kepala negaranya.
Negara kepulauan di Laut Karibia itu akan memutus ikatan kolonial dengan monarki Inggris karena akan menjadi republik.
"Ini adalah akhir dari kisah eksploitasi kolonial terhadap pikiran dan tubuh," kata Profesor Sir Hilary Beckles, seorang sejarawan Barbados.
Menurutnya ini adalah momen bersejarah bagi Barbados, Karibia, dan semua masyarakat pascakolonial.
"Penduduk pulau ini telah berjuang, tidak hanya untuk kebebasan dan keadilan, tetapi untuk melepaskan diri dari tirani otoritas kekaisaran dan kolonial," kata Beckles, wakil rektor Universitas Hindia Barat.
Baca juga: PROFIL dan Fakta-fakta Dame Sandra Mason, Wanita yang Terpilih sebagai Presiden Pertama Barbados
Baca juga: Ratu Elizabeth II Hadiri Upacara Pembaptisan Cicit
Dengan ini, artinya ini menjadi pertama kalinya sebuah wilayah kerajaan memecat Ratu sebagai kepala negaranya sendiri dalam kurun 30 tahun.
Di sisi lain, Mauritius yang ada di wilayah Samudra Hindia masih setia dengan Persemakmuran meski memproklamirkan sebagai negara republik.
Juru bicara Istana Buckingham mengatakan ini adalah masalah pemerintah dan rakyat Barbados.
Barbados masuk dalam negara Persemakmuran Inggris (The Commonwealth) bersama 53 negara lainnya yang merupakan bekas jajahan Inggris.
Sejarah Penjajahan Barbados
Wilayah Barbados belum dihuni orang saat Inggris pertama kali datang dan menetap pada 1627.
Kapten John Powell mendarat di pulau ini pada 1625 dan mendeklarasikan Barbados sebagai jajahan Inggris.
Selang dua tahun setelahnya, kakaknya yakni Henry Powell mendarat dengan 80 pemukim dan 10 budak.
Rombongan yang dibawa John ini mendirikan pemukiman Eropa pertamanya di Barbados di wilayah Jamestown yang kini dikenal sebagai Holetown.