Para penjajah awalnya membawa budak dari Inggris untuk menggarap perkebunan tembakau, kapas, nila/indigofera, dan gula.
Hanya dalam beberapa dekade, Barbados menjadi wilayah perbudakan yang menguntungkan bagi Inggris.
Barbados menerima 600.000 budak dari Afrika antara tahun 1627 dan 1833.
Mereka dipekerjakan di perkebunan gula untuk menghasilkan keuntungan bagi pemukim Inggris.
"Barbados di bawah aturan kolonial Inggris menjadi laboratorium bagi masyarakat perkebunan di Karibia," kata Richard Drayton, seorang profesor sejarah kekaisaran dan global di Kings College, London yang tinggal di Barbados saat masih belia.
Kebebasan penuh akhirnya diberikan pada tahun 1838, namun pemilik perkebunan mempertahankan kekuatan ekonomi dan politik yang cukup besar hingga abad ke-20.
Pulau ini memperoleh kemerdekaan penuh pada tahun 1966.
Lebih 90% rakyat Barbados adalah berkulit hitam, dan kebanyakan dari mereka merupakan keturunan budak yang bekerja di ladang-ladang gula.
Baca juga: Inggris Izinkan Pendatang yang Mendapat Vaksin Covid-19 Produksi China dan India
Baca juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Tak akan Rayakan Natal Bersama Ratu Elizabeth II
Hubungan Inggris-Barbados
Pangeran Charles akan berkunjung ke Barbados untuk upacara pencopotan Ratu Elizabeth sebagai kepala negara.
Barbados nantinya akan tetap menjadi republik dalam Persemakmuran.
Republik Barbados dideklarasikan dalam upacara pada Senin, 29 November 2021 di Lapangan Pahlawan Nasional di Bridgetown.
"Waktunya telah tiba untuk sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonial kita," kata Perdana Menteri Mia Mottley dalam pidatonya di tahun 2020 lalu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)