News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tugu Peringatan Doktrin Fukuda Diresmikan Rabu Ini di Tokyo Jepang

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan PM Jepang Yasuo Fukuda (ketiga dari kiri), dan mantan Menteri Kehakiman Jepang Seiken Sugiura (paling kanan) saat peresmian tugu Fukuda Doktrin Rabu ini di ABK College, Asosiasi Kebudayaan Pelajar Asia di Bunkyoku Tokyo. Didampingi oleh Chairman ABK College  Katsumi Shiraishi (ketiga dari kanan) dan Kepala Sekolah ABK College Tsukuda Yoshikazu (kedua dari kanan).

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO -  Tugu Doktrin Fukuda, hubungan dari hati ke hati, diresmikan hari ini di ABK College, Asosiasi Kebudayaan Pelajar Asia di Bunkyoku Tokyo dengan kehadiran mantan PM Jepang Yasuo Fukuda.

"Kita masih ingat doktrin ini yang snagat penting dalam hubungan persahabatan antara Jepang dan Asean dan hal itu masih tetap berlaku hingga kini serta membuahkan banyak alumni yang sekolah di Jepang kembali ke negara masing-masing menjadi pemimpinan yang sukses bisa menjadi jembatan antara kedua negara, Jepang dan Asean," papar Fukuda yang juga Ketua Asosiasi Persahabatan Jepang-Indonesia.

Hal serupa pentingnya Doktrin Fukuda untuk semakin mendekatkan antara Jepang dengan negara-negara Asean juga dismapaikan duta besar Singapura untuk Jepang Peter Tan Hai Chuan yang memberikan sambutan atas nama Asean dalam peringatan tugu Doktrin Fukuda tersebut.

Doktrin Fukuda dimulai sejak 18 Agustus 1977 yang diluncurkan oleh PM Jepang Takeo Fukuda (alm), ayah dari Yasuo Fukuda, setelah mengakhiri 10 hari perjalanan kelilingnya ke negara-negara Asean saat itu. Diskusi hal ini bisa diikuti di grup pecinta Jepang dengan email: info@tribun.in

Ada tiga ajaran penting dari Doktrin Fukuda ini di mana Jepang menolak peran dari kekuatan militer.

Pertama, Jepang, negara yang berkomitmen pada perdamaian, menolak peran kekuatan militer.

Fukuda menyatakan bahwa meskipun Jepang memiliki kemampuan untuk mempersenjatai kembali dan memproduksi senjata nuklir, Jepang menghindari kebangkitan masa lalu militernya.

Fukuda menggunakan pasal 9 dari konstitusi 1946 untuk menegaskan kembali sikap pasifis Jepang pascaperang.

Bagi negara-negara ASEAN dan Asia Tenggara secara keseluruhan, pernyataan ini menjadi jaminan psikologis bagi ingatan agresi Jepang dalam perang dunia kedua.

Jepang harus bisa meningkatkan Rasa Saling Percaya satu sama lain.

Kedua, Jepang sebagai sahabat sejati negara-negara Asia Tenggara akan berusaha semaksimal mungkin untuk memantapkan hubungan saling percaya berdasarkan pemahaman dari hati ke hati dengan negara-negara tersebut.

Perdana Menteri menyerukan saling percaya antara Jepang dan ASEAN dengan menekankan kata "hati ke hati" dalam definisinya tentang perkembangan hubungan antara Jepang dan ASEAN. Jepang sebagai Mitra Setara ASEAN memiliki  Saling Ketergantungan.

Ketiga, Jepang akan menjadi mitra setara ASEAN dan negara-negara anggotanya, dan bekerja sama secara positif dengan mereka dalam upaya mereka sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka.

Fukuda mendeklarasikan Jepang sebagai “mitra setara” yang akan “berjalan bergandengan tangan dengan ASEAN.”

Kata "setara" menyiratkan ketakutan akan dominasi ekonomi Jepang ("economic animal") di antara anggota ASEAN - dengan menjadi "mitra yang setara", Jepang tidak akan lagi mencari dominasi di kancah Asia dan tidak akan menganggap negara-negara Asia lainnya lebih rendah dari diri sendiri.

Saling pengertian dan membangun perdamaian dan kesejahteraan ke seluruh area di Asia Tenggara, tekan Fukuda lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini