TRIBUNNEWS.COM - Perdana menteri wanita pertama Swedia, Magdalena Andersson, mengundurkan diri setelah beberapa jam dipilih.
Dilansir dari BBC, Magdalena Andersson, diumumkan sebagai pemimpin pada hari Rabu (24/11/2021).
Namun, dia mengundurkan diri setelah mitra koalisinya mundur dari pemerintah dan anggarannya gagal disahkan.
Sebaliknya, parlemen memilih anggaran yang disusun oleh oposisi yang mencakup sayap kanan anti-imigran.
"Saya telah mengatakan kepada pembicara bahwa saya ingin mengundurkan diri," kata Andersson kepada wartawan.
Baca juga: Berita Foto : PM Perempuan Pertama Swedia Mengundurkan Diri Setelah Terpilih
Baca juga: Siswa dan Guru Myanmar Boikot Sekolah: Takut Diserang Militer dan Tuntut Reformasi Sistem Pendidikan
Mitra koalisinya, Partai Hijau mengatakan tidak dapat menerima anggaran yang dirancang untuk pertama kalinya dengan sayap kanan.
Andersson mengatakan dia berharap dapat mencoba menjadi perdana menteri lagi sebagai pemimpin pemerintahan partai tunggal.
"Ada praktik konstitusional bahwa pemerintah koalisi harus mengundurkan diri ketika satu partai mundur," kata Sosial Demokrat itu.
"Saya tidak ingin memimpin pemerintahan yang legitimasinya dipertanyakan," imbuhnya.
Ketua parlemen mengatakan dia akan menghubungi para pemimpin partai untuk langkah selanjutnya.
Seratus tahun setelah perempuan Swedia diberi suara, pemimpin Sosial Demokrat berusia 54 tahun itu mendapat tepuk tangan meriah dari beberapa bagian parlemen, atau Riksdag.
Pemilihannya sebagai kepala pemerintahan minoritas mengikuti kesepakatan 11 jam dengan partai oposisi Kiri, dengan imbalan pensiun yang lebih tinggi bagi banyak orang Swedia.
Dia juga mendapatkan dukungan dari mitra koalisi Partai Hijau.
Dari 349 anggota Riksdag, 174 menentangnya.
Tetapi, selain 117 anggota parlemen yang mendukung Andersson, 57 lainnya abstain, memberikan kemenangannya dengan satu suara.
Menjadi perdana menteri wanita pertama dalam sejarah Swedia seharusnya menjadi alasan untuk malam perayaan Magdalena Andersson, namun matahari baru saja terbenam ketika dia menyerahkan pemberitahuannya.
Melihat dari kompleksitas politik Swedia, publik tidak bisa beramsusi hal ini adalah yang terakhir darinya.
Jika ada pemilihan perdana menteri lagi, Andersson mungkin akan dipilih lagi.
Ini karena Partai Hijau telah berjanji untuk mendukungnya, meskipun berhenti sebagai mitra koalisi formal.
Tapi, dia akan berakhir dalam posisi rentan di pucuk pimpinan pemerintahan minoritas yang rapuh, dan masih harus tetap berpegang pada anggaran sayap kanan yang sudah dipilih oleh parlemen.
Apa yang perlu digarisbawahi oleh semua kekacauan politik ini adalah betapa terpecahnya politik Swedia saat ini.
Baca juga: Pertama Kali Jepang Lepaskan Cadangan Minyaknya, Antisipasi Harga Meningkat
Baca juga: 31 Pengungsi dan Migran Tewas setelah Kapal Terbalik di Selat Inggris
Magdalena Andersson merupakan mantan juara renang junior dari kota universitas Uppsala.
Dia memulai karier politiknya pada 1996 sebagai penasihat politik untuk Perdana Menteri Goran Persson.
Andersson telah menghabiskan tujuh tahun terakhir sebagai menteri keuangan.
Sebelum anggota parlemen mendukung Magdalena Andersson, Swedia adalah satu-satunya negara bagian Nordik yang tidak pernah memiliki seorang wanita sebagai PM.
(Tribunnews.com/Yurika)