TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan publik soal 'rasa aman palsu' setelah divaksinasi Covid-19.
Pihaknya mengingatkan bahwa pandemi virus corona ini belum berakhir.
Tedros mengatakan, banyak orang berpikir salah bahwa sudah divaksin artinya tidak perlu lagi menjaga protokol kesehatan (prokes) atau tindakan pencegahan lain.
"Di banyak negara dan komunitas, kami khawatir tentang rasa aman yang salah bahwa vaksin telah mengakhiri pandemi, dan bahwa orang yang divaksinasi tidak perlu mengambil tindakan pencegahan lainnya," kata Tedros dalam konferensi pers, Rabu (24/11/2021).
"Vaksin menyelamatkan nyawa, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: WHO: Vaksin Hanya 40 Persen Mengurangi Penularan Covid-19, Prokes Harus Terus Dilakukan
Baca juga: WHO Beberkan Rencana Ubah Arus Pandemi, Begini Strateginya
"Data menunjukkan bahwa sebelum kedatangan varian Delta, vaksin mengurangi penularan sekitar 60 persen. Dengan Delta, itu turun menjadi sekitar 40 persen," Tedros memperingatkan.
Menurutnya, varian Delta saat ini mendominasi kasus Covid-19 di dunia.
"Bahkan jika Anda telah divaksinasi, terus lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah diri Anda sendiri terinfeksi, dan menginfeksi orang lain yang dapat meninggal," ujar Tedros.
"Itu berarti memakai masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan bertemu orang lain di luar jika Anda bisa, atau di ruang yang berventilasi baik di dalam," pungkasnya.
Eropa Jadi Episentrum Pandemi
Negara-negara di Eropa belakangan ini mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan.
Hal ini disebabkan varian Delta yang sangat menular, tingkat vaksinasi yang rendah atau lambat, faktor cuaca dingin, hingga pelonggaran pembatasan.
Bahkan WHO menilai masyarakat Eropa saat ini berperilaku sosial layaknya sebelum terjadi pandemi.
Padahal ada peningkatan kasus Covid-19 dan kematian yang tinggi hingga membuat fasilitas kesehatan penuh.
"Kenyataannya adalah virus akan terus menular secara intens di lingkungan itu," kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan pada Rabu.
Tedros mengatakan, lebih dari 60% total kasus dan kematian baru di dunia ada di Eropa.
"Pekan lalu, lebih dari 60 persen dari semua kasus dan kematian yang dilaporkan akibat Covid-19 secara global sekali lagi terjadi di Eropa," kata Tedros.
Eropa mencatat lebih dari 2,4 juta kasus baru minggu lalu, naik 11 persen pada minggu sebelumnya.
Di Jerman sendiri, angka infeksi naik 31 persen.
Pemerintah di Eropa merespons kenaikan kasus Covid-19 dengan pembatasan hingga penguncian, namun sejumlah negara melakukan protes hingga berujung kerusuhan.
Angka Kasus Covid-19 Capai Jutaan
Berdasarkan catatan Worldometers pada Kamis (25/11/2021), angka kasus Covid-19 di sejumlah negara Eropa menyentuh angka 1 juta.
Setidaknya ada 17 negara yang angka kasusnya melebihi 1 juta.
Terbanyak adalah Inggris, disusul Rusia, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Polandia, Ukraina, Belanda, hingga Ceko di urutan 10 terbanyak.
Baca juga: PM Belanda Bersumpah Adili Perusuh Pembatasan Covid-19: Kekerasan Berkedok Protes
Baca juga: Menkes Jerman Beri Peringatan Keras pada Warga: Divaksin Covid-19 atau Mati
Di Belanda, kasus baru mencapai rekor tertinggi yakni 23.709 dalam 24 jam pada Rabu.
Angka mingguan yang dirilis pada Selasa menunjukkan peningkatan hampir 40% dalam kasus dalam seminggu terakhir.
Sementara itu, angka kematian di Jerman tembus 100.000, dikutip dari Bloomberg.
Ada 351 kematian lebih lanjut dalam 24 jam hingga Kamis pagi, sementara infeksi Covid-19 harian melonjak dengan rekor 75.961.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)