News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Roket-Roket Hizbullah Hasilkan Biaya Perbaikan Pemukiman di Utara Israel Capai Rp 10,877 Triliun

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kerusakan di sebuah pemukiman Yahudi Israel di wilayah utara pendudukan Israel dampak serangan roket yang diluncurkan Hizbullah Lebanon.

Media Ibrani: Biaya Perbaikan Pemukiman di Utara Israel Capai Rp 10,877 Triliun

TRIBUNNEWS.COM - Otoritas perekonomian Israel menyatakan, biaya perbaikan dan pemulihan bangunan serta rumah pemukim yang hancur dan rusak di wilayah utara Pendudukan Israel diperkirakan mencapai sekitar 2,5 miliar shekel atau setara Rp Rp 10,877 triliun.

Media Ibrani, mengutip narasumber otoritas Israel tersebut, melaporkan, di pemukiman Al-Manara saja, ada 165 bangunan dan rumah yang rusak parah akibat serangan rudal dari Lebanon.

Baca juga: Media AS: Tentara Israel Bakal Habis-habisan di Gaza Setelah Gencatan Senjata di Lebanon

"Sebagian besar rudal (Hizbullah) menghantam bangunan tersebut dengan sasaran yang tepat," tulis laporan media Ibrani, dikutip Khaberni, Kamis (28/11/2024).

Laporan menambahkan, pemulihan rumah yang rusak parah di pemukiman “Al-Manara”, “Shtola”, “Al-Matula” dan lainnya diperkirakan akan memakan waktu antara satu hingga dua tahun. 

"Permukiman ini memerlukan rehabilitasi menyeluruh terhadap infrastruktur yang rusak," kata laporan itu.

Penduduk pemukiman di utara menegaskan bahwa mereka tidak mempercayai janji-janji pemerintah pendudukan mengenai kemampuannya untuk memberi mereka keamanan di utara.

Kerusakan di sebuah pemukiman Yahudi Israel di wilayah utara pendudukan Israel dampak serangan roket yang diluncurkan Hizbullah Lebanon.

Gagal Capai Tujuan Perang

Penduduk kota-kota dan pemukiman di utara Israel menyatakan kemarahan atas kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon yang dimulai pada pagi hari tanggal 27 November, menuduh Tel Aviv membiarkan wilayah tersebut rentan terhadap ancaman yang sama yang ditimbulkan oleh Hizbullah sebelum perang dimulai.

Lebih dari 60 persen warga Israel yakin tentara mereka kalah dalam perang melawan Hizbullah di Lebanon karena para pemukim utara yang terusir mengatakan Tel Aviv "menipu" mereka.

"Kita sekarang memasuki situasi yang jauh lebih buruk daripada 6 Oktober; mereka menyesatkan kita," kata kepala Dewan Metula David Azoulay kepada Channel 12 News, menggambarkan pertemuan yang diadakannya dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa malam sebagai "tontonan sepihak."

“Kita sekarang memasuki situasi yang jauh lebih buruk daripada 6 Oktober, mereka menyesatkan kita,” tambahnya.

"Apa yang harus saya katakan? Itu sangat buruk, sangat buruk... [Pemerintah tidak melakukan apa-apa, dan tentara kita terbuang sia-sia. Bibi (Netanyahu) harus segera keluar dari pemerintahan, meskipun saya mendukungnya. Dia harus segera pulang," kata penduduk Nahariya, Levana Karsenti, kepada Reuters pada hari Rabu.

Baca juga:  Menteri Israel Amihai Eliyahu: Israel Tidak Menang, Gencatan Senjata Disepakati di Bawah Tekanan

 

“Masalahnya adalah kita menghentikan perang dan tidak menyelesaikan pekerjaan … Ada sirene beberapa menit yang lalu, dan saya harus meletakkan anak-anak saya di lantai dan berbaring di atas mereka karena kami tidak memiliki ruang aman di rumah. Kami perlu memercayai tentara kami, tetapi saya pikir setelah 7 Oktober, itu sulit karena tidak ada seorang pun di sana,” kata Moran Brustin, seorang pemukim Israel dari Kibbutz HaGoshrim dekat perbatasan Lebanon, kepada wartawan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini