TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Ahli pernapasan terkemuka Cina, Zhong Nanshan, memperingatkan bahaya varian virus corona baru dan lebih menular, Omicron.
Bahaya itu karena belum banyak informasi tersedia sekarang tentang varian tersebut, sehingga menyebabkan lebih banyak tantangan pada pekerjaan mencegah dan mengendalikan pandemi virus Corona.
Zhong menyampaikan pernyataan itu di sebuah forum di Beijing, dikutip Global Times, Minggu (28/11/2021). Ia menggarisbawahi vaksinasi masih merupakan cara efisien mencegah penyebaran virus.
Zhong mencatat sekitar 76,8 persen populasi China telah divaksinasi, meletakkan dasar yang baik bagi negara untuk mencapai target 80 persen vaksinasi untuk membangun kekebalan kelompok pada akhir tahun.
Varian baru yang diberi nama Omicron oleh WHO pertama kali ditemukan di Afrika bagian selatan. Beberapa negara dan wilayah lain termasuk Israel dan Hong Kong China juga telah mengidentifikasi kasus itu.
WHO telah menetapkan Omicron sebagai "varian yang menjadi perhatian" yang menyatakan varian tersebut memiliki sejumlah besar mutasi.
Baca juga: Bahaya Covid-19 Varian Omicron Mengintai Indonesia, Bagaimana Antisipasi Pemerintah?
Baca juga: Hal yang Perlu Diketahui Tentang Varian Omicron, Alasan Ilmuwan Khawatir hingga Respons Masyarakat
Baca juga: Sederet Raksasa Farmasi Dunia Siapkan Strategi Hadapi Strain Omicron
Ini memicu kekhawatiran akan kemanjuran vaksin dan obat-obatan yang ada. Organisasi tersebut menambahkan, butuh waktu beberapa minggu untuk mempelajari varian baru itu.
Produsen vaksin utama China Sinovac Biotech mengatakan kepada Global Times mereka memperhatikan Omicron.
Memanfaatkan jaringan mitra global, mereka mengumpulkan dan memperoleh informasi dan sampel khusus untuk virus mutan.
Sinovac mengatakan mereka akan meluncurkan studi tentang pengaruh varian pada vaksin yang tidak aktif dan kebutuhan untuk mengembangkan vaksin khusus terhadap Omicron sesegera mungkin.
Sinovac mengatakan memiliki teknologi yang matang dan kapasitas produksi massal yang memungkinkannya untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin baru untuk memenuhi permintaan.
Pembuat vaksin global seperti Pfizer dan Johnson & Johnson juga telah mengumumkan upaya untuk meneliti varian dan meningkatkan vaksin mereka.
Varian baru, yang disebut oleh beberapa media barat sebagai varian baru Covid-19 "terburuk", telah mendorong Jerman, Italia, dan Inggris menangguhkan perjalanan dari Afrika Selatan.
Uni Eropa juga mengusulkan pelarangan perjalanan dari negara tersebut dan tetangganya.
Pasar saham di seluruh dunia juga turun tajam setelah ditemukannya varian tersebut. Indeks FTSE 100 dari saham-saham terkemuka Inggris ditutup turun 3,7 persen.
Pasar di Jerman, Prancis, dan AS juga tenggelam. Saham maskapai penerbangan dan perusahaan perjalanan terpukul keras.
Pemilik BA IAG dan Wizz Air sahamnya turun 15 persen, Tui turun 10 persen karena kekhawatiran meningkat karena varian baru atas dimulainya kembali perjalanan global.
Tetapi para ahli China percaya tidak perlu panik karena sejumlah besar mutasi tidak selalu menunjukkan infektivitas tinggi.
China, dengan sistem pencegahan dan pengendalian epidemi yang ketat dan berpengalaman, mampu melindungi penduduk domestik dari varian baru.
"Banyak informasi dari varian tersebut masih belum jelas, seperti berapa banyak tempat yang telah menyebar, berapa banyak kasus serius yang disebabkannya atau kematiannya, jadi tidak perlu khawatir saat ini," kata seorang ahli imunologi yang berbasis di Beijing kepada Global Times.
Selain itu, pakar tersebut mengatakan karena Afrika bagian selatan saat ini sedang musim panas, wabah yang parah sangat tidak mungkin terjadi.
Jika ada sinyal berbahaya yang ditemukan, China dapat menangguhkan semua perjalanan dengan Afrika selatan atau menerapkan tindakan karantina yang lebih ketat.(Tribunnews.com/GlobalTimes/BBC/xna)