TRIBUNNEWS.COM - Sekitar tiga ribu orang berkumpul di kota Utrecht, Belanda tengah, pada Sabtu (4/12/2021), untuk memprotes pembatasan virus corona.
Mereka memprotes peraturan baru Covid-19 yang mulai berlaku akhir pekan lalu.
Dikutip dari CNA, para pengunjuk rasa turun di jalan-jalan kota membawa spanduk dan mengibarkan bendera Belanda.
Sementara, polisi terlihat memadati sepanjang rute pawai.
Baca juga: Pasca Varian Omicron Muncul, Banyak Anak di Afrika Selatan Positif Covid-19
Baca juga: Covid-19 Varian Omicron Menyebar di 38 Negara, WHO Sebut Belum Ada Laporan Kematian
Ini adalah demonstrasi besar pertama di Belanda menentang tindakan tersebut.
Tindakan dipicu penutupan sejumlah fasilitas umum, seperti bar, restoran, dan sebagian besar toko pada malam hari.
Itu dilakukan untuk membendung gelombang kasus Covid-19 yang memecahkan rekor yang mengancam akan membanjiri sistem perawatan kesehatan negara itu.
Belanda mendapatkan protes keras dua minggu lalu setelah pemerintah mengumumkan rencana untuk melarang sebagian besar orang yang belum divaksinasi berada di tempat-tempat umum.
Rencana tersebut menghadapi tentangan luas di parlemen, termasuk dari partai-partai dalam koalisi pemerintahan dan belum dilaksanakan.
Rusuh Protes Pembatasan Covid-19
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengkritik kerusuhan yang berlangsung tiga malam terkait pembatasan anti-Covid-19.
Dilansir Al Jazeera, Rabu (24/11/2021), Rutte menyebut aksi tersebut sebagai tindak kekerasan dan bersumpah akan mengadili para pelaku.
"Kerusuhan terjadi di beberapa kota sejak Jumat adalah kekerasan berkedok protes," ungkap Rutte.
Ia mengatakan kepada media Belanda akan selalu membela hak untuk menyuarakan pendapat tapi tidak pernah "menerima bahwa orang idiot menggunakan kekerasan terhadap orang-orang yang menjaga keamanan negara ini."
Baca juga: Korea Selatan Pecah Rekor Kasus Harian dan Kematian Covid-19
Baca juga: Cemas Varian Omicron Picu Gelombang Ketiga Covid-19, Dokter di India Mogok Kerja
Rutte menuturkan, aparat kepolisian dan pengadilan akan melakukan segala cara untuk menemukan pelaku kerusuhan, yang menurutnya "tidak ada hubungannya dengan demokrasi."
Pihak berwajib melepaskan tembakan di Rotterdam dan dalam kurun waktu tiga hari 145 orang ditangkap di seluruh Belanda.
Sebelumnya, pada Januari, para perusuh juga menyerang polisi dan mengobarkan api di jalan-jalan Rotterdam setelah pemberlakuan jam malam.
Belanda telah memasuki penguncian parsial selama sepekan ini ketika Eropa dilanda musim dingin.
(Tribunnews.com/Yurika/Andari Wulan Nugrahani)