TRIBUNNEWS.COM - Otoritas kesehatan Amerika Serikat pada Rabu (8/12/2021) mengesahkan penggunaan obat antibodi yang dikembangkan oleh AstraZeneca untuk orang-orang yang memiliki masalah imun.
Dilansir NDTV, obat pencegahan Covid-19 dari AstraZeneca ini menjadi yang pertama yang diotorisasi oleh FDA.
Namun, FDA memperingatkan bahwa obat Evusheld bukanlah pengganti vaksinasi bagi orang yang dianjurkan untuk divaksin.
Melainkan, Evusheld direkomendasikan untuk orang-orang yang memiliki kelainan imun atau mereka yang tidak bisa divaksin untuk alasan medis, misalnya mengalami reaksi.
Evusheld dapat diberikan kepada orang berusia 12 tahun ke atas dengan ketentuan tersebut.
Obat ini menggabungkan dua jenis antibodi sintetis (tixagevimab dan cilgavimab), dan diberikan dengan dua suntikan intramuskular, satu per satu.
Baca juga: Penjelasan Lengkap RSSA Malang Terkait Warga Alami Gangguan Penglihatan Usai Vaksinasi AstraZeneca
Baca juga: Studi di Inggris: AstraZeneca atau Pfizer Dicampur Moderna akan Beri Kekebalan yang Lebih Baik
Antibodi ini membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus dengan menargetkan protein lonjakannya, yang memungkinkannya memasuki sel dan menginfeksinya.
FDA mengatakan bahwa pengobatan ini "mungkin efektif untuk pencegahan selama enam bulan."
Obat itu tidak dapat diberikan kepada seseorang yang sudah terinfeksi virus, kata FDA, meskipun AstraZeneca sedang mengujinya.
Efek samping yang mungkin terjadi yaitu reaksi alergi, pendarahan dari tempat suntikan, sakit kepala, dan kelelahan.
Otorisasi yang dikelurakan FDA didasarkan pada uji klinis yang dilakukan pada orang yang tidak divaksinasi berusia di atas 59 tahun, atau dengan penyakit kronis, atau berisiko tinggi terinfeksi.
Obat itu diberikan kepada 3.500 orang sedangkan 1.700 orang lainnya menerima plasebo.
Uji coba menunjukkan bahwa pengobatan mengurangi risiko pengembangan Covid-19 hingga 77 persen.
Dua racikan antibodi, yang dibuat oleh Regeneron dan Eli Lilly, saat ini diizinkan untuk pencegahan infeksi di Amerika Serikat.