News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inggris, AS, dan Australia Boikot Olimpiade Beijing 2022, China: Mereka akan Terima Konsekuensinya

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto diambil pada 3 November 2021, memperlihatkan para aktivis berkumpul di depan Konsulat China di Los Angeles, California, menyerukan boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 karena kekhawatiran atas catatan hak asasi manusia China.

TRIBUNNEWS.COM - China menyebut Australia, Inggris dan Amerika Serikat akan menerima konsekuensi kesalahan mereka atas boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

"Amerika Serikat, Inggris dan Australia menggunakan Olimpiade untuk manipulasi politik," ujar Wang Wenbin, seorang juru bicara di kementerian luar negeri China, seperti dikutip dari konferensi pers pada hari Kamis oleh Reuters.

"Mereka akan menerima konsekuensinya."

Dilansir Independent, peringatan China itu muncul saat semakin banyak negara barat yang mendukung seruan untuk memboikot Olimpiade Beijing 2022.

Inggris dan Kanada menjadi negara terkini yang menyatakan mereka tidak akan mengirim diplomat mereka untuk menghadiri Olimpiade yang akan diadakan pada Februari tahun depan.

Kedua negara telah mengumumkan mereka akan berpartisipasi dalam boikot diplomatik dari acara tersebut pada hari Rabu.

Baca juga: Inggris dan Kanada Boikot Diplomatik di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Mengikuti Langkah AS

Baca juga: AS Boikot Olimpiade Beijing 2022, China Dicap Lakukan Pelanggaran HAM Kejam

Foto diambil pada 01 Desember 2021, memperlihatkan orang-orang berjalan melewati logo Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Taman Shougang di Beijing. (NOEL CELIS / AFP)

Meski negara melakukan boikot diplomatik, para atlet masih berpartisipasi dalam Olimpiade.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan pengumuman negara tentang boikot seharusnya tidak mengejutkan bagi China, mengingat banyaknya tuntutan negara-negara barat atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Di sisi lain, Prancis, tidak ikut memboikot acara olahraga tersebut, kata menteri pendidikan Jean-Michel Blanquer kepada saluran berita BFM TV, menurut Reuters.

"Mengenai boikot diplomatik... Prancis tidak akan melakukannya..."

"Olahraga adalah dunianya sendiri, yang harus dilindungi dari campur tangan politik, jika tidak... kita bisa berakhir dengan mematikan kompetisi," katanya.

Sebelumnya pada hari Rabu, Kepresidenan Prancis mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akan ada reaksi atas masalah ini di tingkat Eropa.

"Kami memperhatikan keputusan Amerika. Ketika kami memiliki kekhawatiran tentang hak asasi manusia, kami mengatakannya kepada China, kami mengambil sanksi terhadap Xinjiang Maret lalu. Kami akan berkoordinasi di tingkat Eropa," bunyi pernyataan itu.

Baca juga: AS Boikot Diplomatik di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Ini Alasannya

Baca juga: Menlu AS dan China Ikut Berpartisipasi pada Bali Democracy Forum Ke-14

Sebelumnya, China telah menyayangkan sikap AS setelah pengumuman boikotnya, dengan mengatakan negara itu akan "membayar harga."

Kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada wartawan saat itu untuk menantikan tindak lanjut.

China secara konsisten membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan secara luas terhadap komunitas minoritas Uyghur di wilayah Xinjiang.

AS semakin meningkatkan berbagai tindakan terhadap China.

Dewan Perwakilan Rakyat AS pada hari Rabu mengeluarkan tiga tindakan terhadap China yang melarang impor dari Xinjiang.

AS mengutuk "genosida yang sedang berlangsung" dan juga kerja paksa di wilayah tersebut, selain dari dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Sebuah resolusi yang mengatakan Komite Olimpiade Internasional melanggar komitmen hak asasi manusianya sendiri dengan bekerja sama dengan China telah disahkan.

Sebanyak 428 suara mendukung dan tidak ada yang menentangnya.

Gao Feng, juru bicara kementerian perdagangan China, mengatakan negaranya "dengan tegas menentang" tindakan tersebut.

"Kesalahan AS akan merugikan kepentingan konsumen dan perusahaan di kedua negara dan meningkatkan ketegangan pada rantai pasokan global," tambahnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini