TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberlakukan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat di Inggris untuk memperlambat penyebaran virus Corona varian Omicron.
Johnson memerintahkan warga bekerja dari rumah, memakai masker di tempat-tempat umum, dan memberlakukan sertifikat vaksin.
Johnson mengatakan Omicron menyebar dengan cepat dan dia tidak punya pilihan selain memberlakukan "Rencana B" sementara program vaksin booster diluncurkan.
"Sementara gambarannya mungkin menjadi lebih baik, dan saya sangat berharap itu akan terjadi, kita tahu bahwa logika pertumbuhan eksponensial dapat meningkatkan rawat inap dan kematian," kata Johnson dalam konferensi pers, pada Rabu (8/12/2021).
Perdana Menteri Inggris ini mendapat kritikan sewaktu stafnya di Downing Street berpesta selama lockdown Natal tahun lalu.
Baca juga: CEO: Dosis Booster Vaksin Pfizer Meningkatkan Perlindungan Terhadap Covid-19 Varian Omicron
Baca juga: Boris Johnson Sampaikan Tanggapan Inggris Soal Varian Omicron
Pembatasan yang diberlakukan saat ini tidak seketat lockdown saat puncak pandemi.
Namun kebijakan Johnson ini banyak dikritik anggota parlemen, yang khawatir berefek pada penurunan ekonomi seperti 10 persen pada tahun lalu.
Nilai poundsterling turun tajam, setelah “Rencana B” akan diberlakukan.
Johnson mencabut sebagian besar pembatasan Covid-19 di Inggris pada Juli lalu, setelah penurunan kasus Covid.
Namun PM Inggris ini menyatakan, ia akan mengawasi situasi musim dingin ini meski tanpa lockdown keempat, namun memberlakukan “Rencana B”.
Baca juga: Jumlah Kasus Omicron di Inggris Melonjak 50 Persen dalam 24 Jam
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Mulai Hari Ini Austria Lakukan Lockdown Keempat
Sebagian pembatasan pada “Rencana B” adalah memberlakukan masker di transportasi umum dan di pertokoan, dan masyarakat harus mulai bekerja dari rumah.
Masyarakat harus menggunakan masker wajah di tempat-tempat umum, seperti teater dan bioskop.
Selain itu, warga harus menunjukkan sertifikat vaksin untuk memasuki klub malam dan tempat dengan kerumunan besar.
Johnson mengatakan langkah-langkah baru diperlukan setelah 568 kasus Omicron ditemukan di negara itu. Data menunjukkan waktu dua kali lipat untuk infeksi bisa antara dua dan tiga hari.
Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan para pejabat memperkirakan bahwa jumlah infeksi Omicron sebenarnya sekitar 20 kali lebih tinggi dari jumlah kasus yang dikonfirmasi, yang berarti mereka bisa mendekati 10.000.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Austria Kembali Berlakukan Lockdown Nasional dan Mewajibkan Vaksinasi
Baca juga: Aksi Kekerasan Pecah saat Protes atas Mandat Vaksin dan Lockdown di Eropa
Dilaporkan dari London, Andrew Simmons dari Al Jazeera mengatakan bahwa tuduhan baru-baru ini bahwa staf Johnson berpesta di Downing Street selama lockdown Natal tahun lalu telah merusak legitimasinya.
Sebuah video yang bocor menunjukkan staf senior tertawa dan bercanda tentang bagaimana menjelaskan pertemuan di Downing Street selama lockdown Covid-19 Natal tahun lalu. Kasus ini membuat Johnson meminta maaf. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)