Dia tidak memberikan alasan atas serangan tentara tersebut.
Saksi lain yang berbicara kepada media Myanmar mengatakan para korban adalah anggota pasukan pertahanan.
Saksi menggambarkan mereka sebagai anggota kelompok perlindungan desa yang kurang terorganisir secara formal.
Sementara itu, sebuah video setelah serangan menunjukkan tubuh hangus dari 11 korban yang berbaring melingkar di tengah sisa-sisa gubuk.
Kemarahan menyebar ketika gambar-gambar grafis dibagikan di media sosial.
Human Rights Watch (HRW) pada hari Kamis menyerukan komunitas internasional untuk memastikan bahwa komandan yang memberi perintah ditambahkan ke daftar sanksi yang ditargetkan (blacklist).
HRW juga meminta peningkatan upaya penghentian aksi brutal militer dengan memotong sumber pendanaan apa pun.
"Kontak kami mengatakan ini hanya anak laki-laki dan remaja yang merupakan penduduk desa yang ditangkap di tempat yang salah pada waktu yang salah," kata juru bicara kelompok itu, Manny Maung.
Dia menambahkan bahwa insiden serupa telah terjadi secara teratur, tetapi yang ini kebetulan tertangkap kamera.
"Insiden ini cukup berani, dan itu terjadi di daerah yang dimaksudkan untuk ditemukan, dan dilihat, untuk menakut-nakuti orang," katanya.
Gambar-gambar itu tidak dapat diverifikasi secara independen, tetapi keterangan yang diberikan kepada Associated Press oleh seseorang yang mengatakan bahwa dia hadir ketika mereka dibunuh, umumnya cocok dengan deskripsi insiden yang dimuat oleh media independen Myanmar.
Baca juga: Berita Foto : Melihat Kamp Pelatihan Penentang Junta Militer Myanmar
Baca juga: Junta Myanmar Pangkas Hukuman Aung San Suu Kyi dari Empat Tahun Jadi Dua Tahun
Menanggapi kabar tersebut, junta telah membantah bahwa mereka memiliki pasukan di daerah itu.
Diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, pertempuran telah berkecamuk di Sagaing dan daerah barat laut lainnya.
Tentara telah melepaskan kekuatan yang lebih besar melawan perlawanan daripada di pusat-pusat kota.