TRIBUNNEWS.COM - Setelah obat anti-Covid dari Merck mendapatkan persetujuan di Inggris, Pfizer dengan obatnya sendiri juga mengejar persetujuan otoritas untuk dapat diedarkan di pasaran.
Minggu ini, Pfizer mengejar persetujuan FDA untuk Paxlovid, obat yang dipercaya ampuh mengatasi Covid-19.
Selain di Amerika Serikat, Pfizer juga tengah memulai proses perijinan di berbagai negara seperti Inggris, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan dan lainnya.
Namun bagaimana cara kerja pil Covid-19 dari Pfizer ini dan seberapa efektifnya?
Mengutip Pharmaceutical Technology, berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar Paxlovid, obat Covid-19 dari Pfizer.
Baca juga: Isu Hoaks Beredar Sepekan Terakhir, Pfizer dan WHO Bekerjasama Munculkan Varian Covid-19 Omicron
Baca juga: Pfizer Klaim Temukan Obat Covid-19, Bisa Kurangi Kematian Hingga 90 Persen
Bagaimana cara kerja Paxlovid?
Paxlovid adalah kombinasi antivirus PF-07321332 yang diteliti Pfizer dan ritonavir dosis rendah, obat antiretroviral yang biasanya digunakan untuk mengobati HIV.
Kedua komposisi tersebut dapat mengganggu replikasi SARS-CoV-2 dalam tubuh dengan mengikat protease mirip 3CL, enzim yang penting untuk fungsi dan reproduksi virus.
Menurut analisis sementara, Paxlovid mengurangi risiko rawat inap atau kematian terkait Covid-19 sebesar 89% pada mereka yang menerima perawatan dalam waktu tiga hari sejak timbulnya gejala.
Obat tersebut juga terbukti sangat efektif.
Hanya 1% pasien yang menerima Paxlovid dirawat di rumah sakit hingga hari ke-28, dibandingkan dengan 6,7% peserta plasebo.
Dengan begitu, uji coba Fase II/III berakhir lebih awal dan pengajuan izin ke FDA diajukan lebih cepat dari yang diharapkan.
Selain itu, 10 kematian dilaporkan pada kelompok plasebo, dan tidak ada di antara kelompok yang menerima Paxlovid.
Seperti molnupiravir, Paxlovid diberikan secara oral, yang berarti pasien Covid-19 dapat minum obat di rumah pada tahap awal infeksi.
Harapannya adalah bahwa obat antivirus baru seperti yang diproduksi Merck dan Pfizer akan virus corona ringan atau sedang dapat ditangani lebih cepat, sehingga mencegah berkembangnya penyakit yang dapat berujung perawatan di rumah sakit.
Perlombaan Obat-obat Covid-19
Molnupiravir dari Merck, pil pertama yang disetujui untuk Covid-19, telah disebut-sebut sebagai terobosan potensial.
Penelitian menemukan obat itu dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian sekitar 50%.
Tetapi itu tidak berarti obat dari Pfizer tidak akan memiliki keunggulan di pasar.
Analisis sementara kemanjuran molnupiravir memang menjanjikan.
Tetapi pengurangan risiko dramatis yang dilaporkan oleh Pfizer menunjukkan bahwa pilnya juga dapat menjadi senjata melawan pandemi.
Selain berpotensi lebih efektif, Paxlovid mungkin menghadapi lebih sedikit pertanyaan keamanan dibandingkan obat saingannya.
Beberapa ahli telah menyatakan keprihatinan bahwa mekanisme aksi molnupiravir untuk melawan Covid-19, yang meniru molekul RNA untuk menginduksi mutasi virus, juga dapat memperkenalkan mutasi berbahaya dalam DNA manusia.
Sedangkan Paxlovid, jenis antivirus berbeda yang dikenal sebagai protease inhibitor, tidak menunjukkan tanda-tanda "interaksi DNA mutagenik" seperti itu, kata Pfizer.
Baik pil Pfizer maupun Merck paling bermanfaat bila diberikan dalam rentang waktu lima hari sejak timbulnya gejala.
Namun, tidak semua upaya antivirus berhasil.
Pil antivirus Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh Roche dan Atea Pharmaceuticals baru-baru ini gagal memenuhi titik akhir utamanya dalam uji coba Fase II.
Atea sejak itu mengumumkan kemitraan strategis antara perusahaan akan dihentikan.
Bukan hanya obat antivirus yang menjanjikan untuk pengobatan Covid-19.
Perusahaan farmasi juga menyelidiki antibodi monoklonal, yang mengikat antigen spesifik dan memerintahkan sistem kekebalan untuk menghancurkan virus.
Terapi antibodi monoklonal dari Eli Lilly, Regeneron, dan GlaxoSmithKline telah diberikan izin peraturan AS untuk pengobatan Covid-19.
Namun, FDA mencabut izin Lilly untuk penggunaan monoterapi bamlanivimab—salah satu antibodi dalam koktail dengan etesevimab—karena tidak efektif terhadap varian SARS-CoV-2 yang muncul.
Meski perawatan antibodi ketiga perusahaan telah menunjukkan kemanjuran yang baik, mereka memerlukan pemberian intravena (injeksi atau virus) satu kali, yang berarti pil antivirus Pfizer atau Merck yang dapat diminum di rumah, secara signifikan lebih nyaman.
Siapa yang bisa mendapatkan Paxlovid?
Pada awal November, dan sebelum persetujuan obat, Inggris sudah memesan 250.000 paket Paxlovid.
AS juga memiliki rencana untuk mengamankan pasokan yang besar.
Pemerintahan Biden dilaporkan akan membeli 10 juta paket pil.
Pfizer mengatakan telah menandatangani perjanjian pembelian di muka dengan beberapa negara, termasuk Israel.
Sementara negara-negara kaya berlomba mengambil pasokan obat Covid-19 ini, muncul kekhawatiran bahwa negara-negara miskin akan tertinggal seperti halnya dengan vaksin virus corona.
Dalam upaya untuk memperluas akses global ke Paxlovid, Pfizer telah menandatangani perjanjian dengan Medicines Patent Pool (MPP) yang didukung PBB.
Perjanjian itu memungkinkan produsen generik menyediakan salinan obat ke 95 negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pfizer mengatakan terapi akan ditawarkan melalui model penetapan harga berjenjang.
Artinya, negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas membayar lebih dari negara-negara berpenghasilan rendah, yang akan dikenakan biaya nirlaba.
Meskipun demikian, pengaturan pembelian Pfizer masih dapat memungkin beberapa negara tidak mendapatkan akses Paxlovid.
Kesepakatan Pfizer dengan MPP ini mirip dengan Merck, yang ditandatangani bulan lalu, yang tampaknya meninggalkan sebagian besar Amerika Latin dan Karibia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)