TRIBUNNEWS.COM - Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, salah satu fasilitas kesehatan utama bagi warga Palestina, kini tidak lagi dapat memberikan pertolongan medis.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa Rumah Sakit Indonesia, bersama dengan Rumah Sakit Kamal Adwan dan Rumah Sakit Beit Hanoon, telah menghentikan layanan akibat serangan berulang dari pasukan Israel.
Pada Jumat, 4 Desember 2025, tentara Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Beit Lahiyah.
Fasilitas medis tersebut telah menjadi tempat perlindungan bagi banyak warga Palestina yang terluka.
Sebelumnya, pasien dan staf di Rumah Sakit Kamal Adwan juga telah terusir, dan Israel membakar habis fasilitas medis tersebut.
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hussam Abu Safia, ditangkap oleh tentara Israel selama penggerebekan di rumah sakit tersebut.
Bagaimana Dampak Serangan Terhadap Layanan Kesehatan di Gaza?
Serangan Israel terus menggempur fasilitas medis di Gaza, yang sudah berada di ambang kehancuran.
Layanan kesehatan di Gaza semakin terbebani dengan serangan udara yang menghancurkan fasilitas medis dan memperburuk kondisi pasien yang membutuhkan perawatan kritis.
Rumah Sakit Al-Awda di Jabalia juga menghadapi ancaman dengan perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh otoritas Israel.
Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Gaza Tengah, mengungkapkan bahwa banyak pasien yang dirawat di Rumah Sakit Al-Awda berasal dari Rumah Sakit Kamal Adwan yang telah hancur.
"Kondisi mereka sangat parah. Mereka membutuhkan peralatan medis yang lebih banyak," tambahnya.
Apa Klaim Israel Terkait Serangan Ini?
Israel membela serangannya terhadap fasilitas medis dengan klaim bahwa rumah sakit digunakan oleh kelompok bersenjata Palestina.
Namun, klaim ini sering dipertanyakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga internasional lainnya.
Duta Besar Israel untuk PBB, Daniel Meron, mengonfirmasi bahwa serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan dilakukan berdasarkan bukti tak terbantahkan bahwa fasilitas itu digunakan oleh militan.