Seorang anak laki-laki kelas tiga SMP yang berasal dari Kita-ku, Kobe bersama orang tuanya mengatakan, "Saya terkejut mengetahui bahwa seorang anak seusia telah meninggal selama pembelajaran pencegahan bencana di sekolah. Saya ingin menghargai hidup saya yang ada dan meneruskan upaya antisipasi bencana."
Sejak gempa bumi, "Higashi Yuenchi" telah mengadakan lentera pada tanggal 17 Januari setiap tahun untuk memperingati para korban.
Namun, karena pintu masuk dan keluar yang terbatas karena pekerjaan renovasi taman, jumlah orang yang terinfeksi virus corona baru meningkat lagi, sehingga untuk menghindari kemacetan, masyarakat berkumpul setengah hari lebih awal dari tahun lalu, sejak malam tanggal 16 Januari kemarin.
Nyalakan lilin di lentera kertas yang berjejer dalam bentuk karakter Cina "Lupakan", yang merupakan huruf pertama dari "Saya tidak akan pernah lupa", dan menutup mulut (silent) pada pukul 17:46, setengah hari sebelum gempa.
Api lilin terpisah dari "cahaya harapan" yang terus menyala di taman dengan harapan berkabung dan rekonstruksi mereka yang meninggal dunia akibat gempa.
Seorang wanita berusia 40-an di Kota Nishinomiya, Prefektur Hyogo, mengunjungi anak-anaknya setiap saat. Jadi, saya berpikir tentang bagaimana cara menyebarkannya. Ada sebuah monumen di taman hiburan timur untuk memperingati almarhum, jadi saya pikir anak-anak dapat merasakan beban hidup mereka."
Seorang gadis di kelas lima sekolah dasar di Kobe berkata, "Gempa bumi tiba-tiba merenggut nyawa banyak orang, dan saya pikir kita tidak boleh melupakannya."
Shinichi Fujimoto, ketua komite eksekutif pertemuan tersebut, mengatakan, "Saya pikir masuk akal untuk terus berjalan meskipun itu kecil. Ini adalah api ringan tidak hanya untuk Kobe tetapi juga untuk orang-orang yang telah menderita berbagai bencana. Saya harap saya bisa berbagi."
Seminggu setelah bencana gempa bumi tersebut, 27 tahun lalu, Humas Kansai (Osaka dan sekitarnya) mengundang Tribunnews.com menggunakan Helikopter melihat langsung dampak gempa bumi tersebut di Kobe.
Tampak semua hancur terutama di bagian pelabuhan. Bahkan sudah seminggu berlalu seolah asap masih mengepul di beberapa tempat karena kebakaran setelah gempa terjadi. Namun setahun kemudian berkat usaha keras pemerintah yang dipimpin partai liberal demokratik (LDP), Kobe kembali pulih 90% saat itu dan kegiatan ekonomi kembali berjalan normal lagi.
Berbeda dengan gempa besar Jepang Timur di Fukushima sampai sekarang masih terasa belum pulih meskipun telah berlangsung lebih dari 10 tahun dan masih banyak penduduknya yang tak mau kembali ke Fukushima. Saat gempa di Fukushima dipimpin pemerintahan oposisi partai demokrat (Minshuto).
Pemerintah Jepang pun memberikan beasiswa bagi para pelajar asing. Informasi lengkap mengenai beasiswa bagi pelajar yang mau sekolah ke Jepang dapat ditanyakan ke: info@sekolah.biz