TRIBUNNEWS.COM, NUKU'ALOFA - Kantor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan suar marabahaya aktif terdeteksi di Kepulauan Fonoi dan Mango yang terletak di dataran rendah.
Pada Selasa kemarin, pemerintah Tonga mengkonfirmasi dua kematian lokal, namun seorang diplomat Tonga di Australia menduga ada lebih banyak kematian yang telah terjadi.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (19/1/2022), Australia dan Selandia Baru telah menyiapkan kapal perang mereka dengan peralatan medis dan teknik untuk operasi bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana (HADR) di Tonga.
Karena komunikasi dan infrastruktur Tonga rusak akibat tsunami yang dipicu oleh letusan gunung berapi bawah laut pada 15 Januari lalu.
'Bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya' ini bahkan telah memicu evakuasi massal.
"Pemerintah Tonga meminta penerbangan untuk membantu menentukan tingkat kerusakan, terutama di lokasi yang lebih terpencil, dan menginformasikan permintaan dukungan bencana mereka di masa depan," kata Departemen Pertahanan Australia.
Kapal Landing Helicopter Dock (LHD) kelas Canberra Australia Adelaide yang dapat beroperasi di perairan yang lebih dangkal, juga sedang dimuat di Brisbane dengan peralatan serta personel medis dan teknik.
Perjalanan ke Tonga pun akan membutuhkan waktu 5 hari.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan bahwa HMAS Adelaide akan bertindak sebagai pangkalan helikopter Australia untuk melayani penduduk di pulau-pulau terluar Tonga seperti Mango, Fonoi, dan Atata.
Baca juga: Abu Vulkanik Tunda Upaya Bantuan Selandia Baru untuk Tonga
Pulau Mango dan Atata berjarak 50 hingga 70 km dari gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai.
Atata pun memiliki populasi sekitar 100 orang dan Mango sekitar 69 orang.
Gambar menunjukkan bahwa di Atata, banyak bangunan yang telah berada di bawah air atau hanyut oleh tsunami.
Penilaian intelijen umum (GIA) mengatakan Pulau Mango mengalami kerusakan akibat 'bencana'.
"Anda dapat melihat pada gambar, gelombang kehancuran di seluruh infrastruktur dan rumah-rumah di sana," kata Menteri Pertahanan Selandia Baru, Peeni Henare pada Selasa kemarin.