Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan Biden dan para pemimpin Eropa menegaskan kembali keprihatinan mereka tentang pembangunan militer Rusia di perbatasan Ukraina.
Mereka menyatakan dukungan mereka untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
Gedung Putih mengatakan para pemimpin menggarisbawahi keinginan mereka untuk resolusi diplomatik dan juga membahas upaya mereka untuk mencegah agresi Rusia terhadap Ukraina.
Biden diberi pengarahan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada hari Sabtu (22/1/2022) tentang opsi AS jika Rusia menginvasi Ukraina, serta opsi untuk gerakan militer AS sebelum invasi, menurut seorang pejabat pertahanan dan seorang pejabat senior administrasi.
Salah satu opsi yang disajikan untuk militer AS sebelum invasi adalah penerbangan pembom di wilayah tersebut, kunjungan kapal ke Laut Hitam dan pemindahan pasukan dan beberapa peralatan dari bagian lain Eropa ke Polandia, Rumania, dan negara-negara lain yang bertetangga dengan Ukraina.
Austin memberikan opsi untuk meyakinkan sekutu NATO dan memperkuat pertahanan mereka, khususnya pertahanan negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina, kata para pejabat.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan persatuan dan kekuatan di dalam NATO dan mencegah agresi Rusia terhadap sekutu di kawasan itu, kata para pejabat.
Bantahan Rusia
Rusia telah berulang kali membantah berencana untuk menyerang Ukraina dan menyebut Barat memicu ketegangan.
"Semua ini terjadi bukan karena apa yang kami, Rusia, lakukan. Ini terjadi karena apa yang NATO, AS lakukan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam panggilan konferensi dengan wartawan pada hari Senin.
Sembari Biden mempertimbangkan pilihannya terhadap ketegangan ini, Departemen Luar Negeri memerintahkan anggota keluarga kedutaan di Kyiv untuk pergi pada hari Minggu dan mengizinkan karyawan diplomatik non-darurat di Ukraina untuk pergi.
Departemen Luar Negeri juga memperingatkan orang Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke Ukraina atau Rusia, dengan alasan kemungkinan tindakan militer Rusia.
Ukraina mengkritik langkah penarikan keluarga diplomat itu, menyebutnya "prematur".
Sementara itu, sekutu AS terpecah tentang apakah akan segera mengikuti jejak Amerika.