News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusia dan AS Berdebat di Dewan Keamanan PBB, Washington Dituding Provokator

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILES) Foto kombinasi ini menunjukkan Presiden AS Joe Biden (kiri) saat memberikan sambutan tentang implementasi Rencana Penyelamatan Amerika di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, DC pada 15 Maret 2021; dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat ia dan mitranya dari Turki mengadakan pernyataan pers bersama setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow pada 5 Maret 2020. Presiden Joe Biden dan Vladimir Putin memulai panggilan telepon pada 30 Desember 2021 tentang solusi diplomatik atas meningkatnya ketegangan Rusia-Barat atas Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Utusan Rusia dan Amerika Serikat berdebat sengit di pertemuan Dewan Keamanan PBB, Senin (31/1/2022).

Duta Besar AS, Linda Thomas-Greenfield mengatakan penumpukan 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan Ukraina adalah yang terbesar dalam beberapa dasawarsa.

Di sisi lain, Rusia menuduh AS mengobarkan konflik serta ikut campur dalam urusan Kremlin dengan Kyiv.

Sebelumnya, AS dan Inggris mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Rusia berani menginvasi Ukraina.

Baca juga: Jenderal AS Prediksi Serangan Rusia ke Ukraina Bakal Mengerikan, Mampukah Barat Menghentikannya?

Baca juga: Mengapa Turki Mencoba Tengahi Krisis Ukraina-Rusia? Simak Penjelasannya

Seorang demonstran menampilkan plakat bertuliskan "Rusia Pulanglah" ketika yang lain mengibarkan bendera Ukraina selama protes di Gerbang Brandenburg Berlin pada 30 Januari 2022. - Para demonstran mengkritik pasukan Putin yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina dan meminta Jerman untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam membela kepentingan Ukraina. (Photo by John MACDOUGALL / AFP) (AFP/JOHN MACDOUGALL)

Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Rusia, Vasily Nebenzya mengatakan tidak ada bukti bahwa Rusia merencanakan aksi militer terhadap Ukraina.

Nebenzya juga mengklaim bahwa penambahan pasukannya tidak dikonfirmasi oleh PBB.

Selama ini, kata dia, Rusia sering mengerahkan pasukan di wilayahnya sendiri dan Washington tidak berhak ikut campur.

"(Pemerintahan Biden) meningkatkan ketegangan dan retorika, dan memprovokasi eskalasi," kata Nebenzya.

"Ini bukan hanya campur tangan yang tidak dapat diterima dalam urusan internal negara kita, ini juga merupakan upaya untuk menyesatkan masyarakat internasional tentang situasi sebenarnya di kawasan itu dan alasan ketegangan global saat ini," tambahnya, dikutip dari BBC

Duta Besar AS, Thomas-Greenfield mengatakan, AS akan terus mengupayakan solusi diplomatik.

Namun menegaskan bahwa AS akan bertindak tegas jika Rusia menginvasi Ukraina.

"Ini adalah mobilisasi pasukan terbesar di Eropa dalam beberapa dekade," katanya.

"Dan saat kita berbicara, Rusia mengirim lebih banyak kekuatan dan senjata untuk bergabung dengan mereka," ujar Thomas-Greenfield.

Dia mengklaim, Moskow berencana meningkatkan pasukannya ke Belarusia tepatnya di perbatasan Ukraina hingga 30.000 personel.

Pada Senin malam, AS meminta keluarga staf kedutaan AS di Belarus kembali karena alasan penumpukan pasukan militer Rusia yang mengkhawatirkan.

Sebelumnya, perintah serupa dikeluarkan untuk keluarga staf kedutaan AS di Ibu Kota Ukraina, Kyiv.

Diketahui, Moskow ingin Barat berjanji tidak akan menerima Ukraina bergabung dengan aliansi NATO.

Sayangnya, permintaan ini ditolak AS dan sekutunya.

Sejumlah negara bekas Uni Soviet telah bergabung dengan NATO, di antaranya Lituania, Latvia, dan Estonia, yang berbatasan dengan Rusia.

Moskow menilai keberadaan NATO di Eropa timur sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.

Presiden Rusia, Vladimir Putin telah lama menuding AS melanggar jaminan yang dibuatnya pada tahun 1990 bahwa NATO tidak akan memperluas anggotanya ke Eropa timur.

This handout photograph released on January 20, 2022 by Kementerian Pertahanan Belarus, menunjukkan prajurit Rusia berdiri tegak pada saat kedatangan mereka untuk latihan bersama di Belarus. - Belarus mengatakan pada 18 Januari 2022, bahwa pasukan Rusia mulai tiba di negara itu untuk latihan militer yang diumumkan dengan latar belakang ketegangan antara Barat dan Rusia atas tetangga Ukraina. (Photo by Handout / MINISTRY OF DEFENCE REPUBLIC OF BELARUS / AFP) (AFP/HANDOUT)

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson akan Telepon Putin untuk Hentikan Invasi Rusia ke Ukraina

Baca juga: Menparekraf Sebut Kasus Wisatawan Ukraina Bukan Miskomunikasi, Sandiaga Uno: Kita Bertindak Tegas

AS dan sekutu sebelumnya telah berulang kali mengancam akan menjatuhi sanksi tegas kepada Rusia.

Menlu Inggris, Liz Truss mengatakan, tengah mempersiapkan undang-undang yang akan membidik individu serta bisnis yang dekat dengan Kremlin.

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan, sanksi yang akan diberikan Washington berupa pemutusan individu sekutu Kremlin dari sistem keuangan internasional.

Rusia mencaplok Semenanjung Krimea di selatan Ukraina pada 2014.

Negara ini juga mendukung kelompok militan yang mengakibatkan pertarungan dengan 14.000 korban tewas.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini