News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Satu Tahun Kudeta Myanmar, Dunia Disebut Tak Melakukan Apa-apa Selain Duduk dan Menonton

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam file foto yang diambil pada 19 Juli 2018 ini, Kepala Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing, panglima tertinggi angkatan bersenjata Myanmar, datang untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan kemerdekaan Myanmar Jenderal Aung San dan delapan orang lainnya yang dibunuh pada tahun 1947, selama sebuah upacara untuk memperingati 71 tahun Hari Martir di Yangon. Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada 1 Februari 2021, menahan pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi saat memberlakukan keadaan darurat satu tahun.

TRIBUNNEWS.COM - Satu tahun sejak kudeta militer di Myanmar, seruan aksi internasional semakin keras.

Terutama dari Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang terdiri dari politisi terpilih yang digulingkan dari jabatannya oleh para jenderal.

"Dunia tidak melakukan apa-apa selain hanya duduk dan menonton," kata Menteri Luar Negeri NUG Zin Mar Aung kepada Al Jazeera.

“Pada tahun lalu, kami melihat kebrutalan dan kekejaman ekstrem terhadap penduduk. Kami juga telah melihat tekad yang jelas dari generasi muda, generasi baru yang mengatakan mereka tidak akan menerima rezim.”

Melansir Al Jazeera, serangan terhadap warga sipil, pengunjuk rasa dan aktivis politik telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Setahun Junta Militer Kudeta Myanmar, Indonesia Beri Pernyataan

Baca juga: Setahun Setelah Kudeta, Nasib Myanmar Semakin Tidak Menentu

Dalam file foto yang diambil pada 19 Juli 2018 ini, Kepala Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing, panglima tertinggi angkatan bersenjata Myanmar, datang untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan kemerdekaan Myanmar Jenderal Aung San dan delapan orang lainnya yang dibunuh pada tahun 1947, selama sebuah upacara untuk memperingati 71 tahun Hari Martir di Yangon. Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada 1 Februari 2021, menahan pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi saat memberlakukan keadaan darurat satu tahun. (Ye Aung THU / AFP)

Tindakan yang dimulai dengan gas air mata dan pemukulan kini berubah menjadi serangan udara, pembakaran desa, dan penembakan yang ditargetkan di seluruh negeri.

Zin Mar Aung adalah korban dari represi politik militer.

Pada tahun 1998, ia dijatuhi hukuman 28 tahun penjara karena aktivisme politik.

Ia menghabiskan sembilan tahun di sel isolasi dan dibebaskan setelah 11 tahun.

Namun Zin Mar Aung mengatakan kekerasan hari ini lebih buruk daripada dekade kelam rezim militer sebelumnya pada 1980-an dan 1990-an.

Baca juga: Satu Tahun Sejak Kudeta Junta Militer, Fadli Zon Desak Pemulihan Demokrasi di Myanmar

“Ini jauh lebih buruk dari apa yang telah kita lihat sebelumnya," tegasnya.

Katanya, dulu banyak orang mati di penjara dan disiksa.

“Kekejaman tidak berkurang. Sekarang mereka telah meningkat - mereka dulu melakukannya di balik pintu tertutup, tetapi sekarang mereka melakukannya di depan umum. Tanpa intervensi pragmatis dan efektif dari komunitas internasional, ini akan terus berlanjut.”

Seperti diketahui, lebih dari 1.500 orang telah tewas sejak kudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang telah memantau kekerasan sejak awal.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini