TRIBUNNEWS.COM - Pada Kamis (10/2/2020) Inggris mengatakan bahwa momen paling berbahaya tampaknya sudah dekat.
Rusia diketahui mengadakan latihan militer di Belarus dan Laut Hitam, menyusul penumpukan pasukan Moskow di dekat Ukraina.
Dilansir Reuters, Ukraina juga menggelar latihan perang.
Di sisi lain, Amerika mendesak warganya untuk segera pergi dari Ukraina karena meningkatnya ancaman aksi militer Rusia.
Baca juga: Joe Biden Desak Warga AS Segera Tinggalkan Ukraina, Sebut Situasi Bisa Berubah Cepat
Baca juga: Tensi Rusia-Ukraina Panas, Harga Minyak Dunia Bisa Tembus 120 Dollar AS Per Barrel
Namun, para pemimpin di semua pihak mengisyaratkan harapannya bahwa upaya diplomasi mampu mendinginkan situasi.
Perdana Menteri Boris Johnson menyebut konflik antara Rusia dan Ukraina ini sebagai krisis keamanan terbesar di Eropa selama beberapa dekade.
Dalam putaran pembicaraan terbaru, Menteri Luar Negeri Inggris berdebat dengan mitranya dari Rusia di Moskow.
Johnson mengunjungi markas NATO di Brussel dan pemimpin Jerman bertemu dengan rekan-rekannya dari negara-negara Baltik di Berlin, di mana para pejabat dari Rusia, Ukraina, Jerman dan Prancis juga mengadakan diskusi. .
Baca juga: Mulai Panas dengan Rusia, Relawan Ukraina Terima Donasi Bitcoin untuk Dana Perang
Rusia, yang menumpuk lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, membantah tuduhan Barat bahwa mereka mungkin berencana untuk menyerang bekas tetangga Sovietnya.
Moskow juga mengatakan pihaknya dapat mengambil tindakan "teknis militer" yang tidak ditentukan kecuali tuntutan dipenuhi.
"Sejujurnya saya tidak berpikir keputusan telah diambil oleh Moskow tentang apakah akan menyerang," Johnson mengatakan pada konferensi pers dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Tapi itu tidak berarti bahwa tidak mungkin sesuatu yang benar-benar bencana bisa terjadi dalam waktu dekat."
Baca juga: Ketegangan Ukraina: Dubes Rusia untuk UE Optimis Diplomasi Mampu Kurangi Eskalasi Kyiv
"Ini mungkin momen paling berbahaya, menurut saya, dalam beberapa hari ke depan, dalam krisis keamanan terbesar yang dihadapi Eropa selama beberapa dekade."
Jalan yang dapat diambil adalah diplomasi kata Johnson kemudian kepada wartawan di Polandia.
Stoltenberg juga mengatakan situasi ini adalah saat yang berbahaya bagi keamanan Eropa.
"Jumlah pasukan Rusia meningkat. Waktu peringatan untuk kemungkinan serangan berkurang."
Baca juga: Krisis Ukraina: 6 Kapal Perang Rusia Menuju Laut Hitam untuk Latihan
Perundingan hampir sembilan jam antara Ukraina dan Rusia pada Kamis gagal menghasilkan terobosan dalam penandatanganan dokumen bersama.
Tetapi kedua belah pihak sepakat untuk terus berbicara, kata kepala staf presiden Ukraina setelah pembicaraan di Berlin.
Rusia mengatakan pembicaraan dengan Ukraina, Prancis dan Jerman mengenai konflik di Ukraina timur gagal mencapai kesepakatan baru, dan mengkritik apa yang disebutnya sebagai ketidakjelasan posisi Ukraina.
Warga AS diminta segera tinggalkan Ukraina
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mendesak warganya untuk segera meninggalkan Ukraina.
Biden memperingatkan, situasi bisa menjadi gila dengan cepat di wilayah tersebut.
"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden dalam wawancara yang direkam Kamis (10/2/2022) dengan Lester Holt, dari NBC News.
Dilansir CNN, Biden juga menanggapi penumpukan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Baca juga: Biden Desak Orang Amerika untuk Segera Tinggalkan Ukraina: Segalanya Bisa Jadi Gila dengan Cepat
Baca juga: Ketegangan Ukraina: Dubes Rusia untuk UE Optimis Diplomasi Mampu Kurangi Eskalasi Kyiv
"Itu tidak seperti kita berurusan dengan organisasi teroris," ucapnya.
"Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia."
"Ini adalah situasi yang sangat berbeda dan hal-hal bisa menjadi gila dengan cepat."
Selama wawancara tersebut, Biden menegaskan tidak ada situasi yang dapat mendorongnya mengirim pasukan AS untuk menyelamatkan warga Amerika yang hendak keluar dari Ukraina.
"Itu adalah perang dunia ketika Amerika dan Rusia mulai saling menembak," katanya.
"Jika Presiden Rusia Vladimir Putin cukup bodoh untuk 'masuk', dia cukup pintar untuk tidak melakukan apapun yang berdampak negatif pada warga Amerika," tegas Biden.
Saat ini, pasukan AS tidak diizinkan untuk memasuki Ukraina jika perang pecah.
Biden diperkirakan akan berbicara dengan para pemimpin Eropa dan NATO pada Jumat (11/2/2022).
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)