Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Pengusaha Maroko Aimrane Bouziane menghela nafas lega setelah melihat tanda 'naik' untuk penerbangannya menyala di bandara utama Kiev, Ukraina, meskipun ada kekhawatiran bahwa wilayah udara di negara itu akan segera ditutup.
"Saya pikir pilihan terbaik yang harus diambil adalah meninggalkan Ukraina sekarang. Saya pergi karena situasinya, karena saya menghargai hidup saya," kata pria berusia 23 tahun itu, sebelum menuju sesi pemeriksaan paspor.
Baca juga: Konflik Makin Memanas, AS Siap Tarik Semua Personil Diplomatik dari Ukraina dalam 2 Hari ke Depan
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (14/2/2022), hubungan udara bekas negara Soviet itu dengan dunia tampak dalam bahaya setelah maskapai asal Belanda KLM menghentikan penerbangannya.
Alasannya pun terkait dengan risiko dari kemunculan lebih dari 100.000 tentara Rusia yang melakukan latihan di sepanjang perbatasan Ukraina.
Amerika Serikat (AS) bahkan telah memperingatkan bahwa invasi dapat dimulai 'kapan saja', sedangkan analis memperkirakan bahwa maskapai internasional lainnya juga akan segera berhenti terbang ke Kiev karena biaya asuransi yang melonjak.
Baca juga: Khawatir Invasi Rusia, AS Tarik Staf Kedutaan dari Ukraina
Suasana semakin memanas saat sebuah maskapai penerbangan murah Ukraina harus mengalihkan penerbangan dari Portugal dan mendaratkan 175 penumpangnya di Moldova.
Hal itu karena perusahaan penyewaan pesawat Irlandia menolak izin untuk menyeberang ke Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Ukraina saat ini bahkan berusaha mengatur bus untuk mengangkut penumpang yang terdampar.
Di sisi lain, semakin banyak pemerintah negara Barat yang mendesak warganya untuk segera keluar dari Ukraina 'selagi bisa'.
Baca juga: Harga Minyak Cetak Level Tertinggi, Imbas Ancaman Invasi Ukraina oleh Rusia
Hal yang berbeda justru dilakukan Pelatih olahraga asal Amerika Denis Lucins.
Ia berharap hal yang terbaik akan terjadi setelah mendarat di Kiev untuk mengunjungi istri dan putranya yang berusia 7 tahun.
Ini tentu saja bertentangan dengan panduan perjalanan AS yang diberlakukan saat ini.
"Saya pribadi tidak berpikir apapun akan terjadi. Namun sayangnya, tidak ada yang bisa membaca pikiran (Presiden Rusia) Vladimir Putin," kata Lucins mengacu pada peringatan AS tentang potensi perang yang akan datang.