TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Panah merah telah melesat melintasi wilayah Ukraina dalam peta yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris pada Kamis kemarin.
Peta ini dibagikan untuk menggambarkan kemungkinan 'poros' di mana dugaan invasi Rusia mungkin terjadi kapanpun pada saat ini.
"Rusia mempertahankan kehadiran militer yang signifikan, yang dapat melakukan invasi tanpa peringatan lebih lanjut," cuit militer Inggris di Twitter, menggambarkan peta itu sebagai 'kemungkinan poros invasi Presiden Vladimir Putin'.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (18/2/2022), peta kementerian menampilkan tujuh panah berbeda yang 'menyerang' Ukraina dari Rusia dan Belarusia.
Cuitan DefenceHQ itu muncul sekitar satu jam setelah Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan bahwa ia "sangat prihatin dengan laporan hari ini tentang peningkatan agresi Rusia'.
Truss menindaklanjutinya dengan mengatakan bahwa laporan 'dugaan aktivitas militer abnormal oleh Ukraina di Donbas adalah upaya terang-terangan pemerintah Rusia untuk mengarang dalih agar bisa melakukan invasi'.
Setelah pesan kilat dari Inggris ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengklaim Rusia akan menyerang 'dalam beberapa hari ke depan'.
Baca juga: AS: Rusia Klaim Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina, Justru Tambahkan 7.000 Tentara
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bahwa Rusia bermaksud untuk 'membuat dalih' demi bisa menyerang menggunakan apapun, mulai dari bom hingga senjata kimia.
AS dan Inggris telah menuduh Rusia ingin menyerang Ukraina sejak akhir Oktober 2021, tanpa memberikan bukti untuk mendukung klaim mereka.
Tudingan itu bahkan tidak menghentikan banyak media untuk memproduksi peta yang tidak menyenangkan dari isu 'invasi' yang belum terwujud ini.
Dituding seperti itu oleh negara Barat, Rusia telah membantah dan menggambarkan laporan media Barat sebagai 'berita palsu'.
Bahkan pemerintah di Ukraina telah meminta sekutu Baratnya untuk meredam retorika tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu akan menyebarkan kepanikan dan melukai warga Ukraina.