TRIBUNNEWS.COM - Saat roket Rusia membombardir kota-kota di Ukraina timur, sejumlah pria berkumpul di toko senjata di Kota Lviv di bagian barat, Selasa (1/3/2022) untuk membeli senapan.
"Saya dapat melihat bahwa Rusia tidak akan berhenti, jadi saya harus menghentikan mereka," kata Andrew Muzyka, seorang pengembang web yang menunggu bersama puluhan pria lainnya di luar toko senjata dekat universitas kedokteran Lviv, dikutip dari Reuters.
Di dalamnya, pria-pria Ukraina itu menerima instruksi dasar tentang cara mengoperasikan senjata api serta meminta persetujuan dari polisi sebelum membeli.
Sebagian besar senjata itu berharga ratusan dolar.
Baca juga: 80.000 Warga Ukraina Pulang dari Luar Negeri Angkat Senjata untuk Lawan Rusia
Baca juga: Mengenal Bom Termobarik Milik Rusia, Senjata Mematikan untuk Lawan Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina sudah berjalan hampir seminggu, namun belum ada satu kota besar pun yang berhasil direbut.
Perlawanan sengit dari rakyat dan militer Ukraina cukup menghambat pergerakan pasukan Putin.
Sejumlah ahli memperingatkan bahwa Rusia mungkin akan mengandalkan pemboman besar-besaran di wilayah strategis untuk melemahkan Ukraina.
Pada Minggu (27/2/2022) lalu, Polisi Lviv mengumumkan bahwa prosedur pembelian senjata api sudah disederhanakan.
Proses yang biasanya akan memakan waktu dua hingga tiga minggu, kini bisa selesai hanya dalam dua atau tiga hari.
Muzyka mengatakan, ia berterima kasih kepada negara-negara yang menggelontorkan bantuan serta dukungan untuk Ukraina.
Meskipun ia juga menyadari, mereka tidak akan mengirim pasukannya untuk berperang di negaranya.
"Jika kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, tidak ada yang bisa," katanya.
Jendela di toko senjata api di Lviv nampak ditutup, namun senapan dikeluarkan dari pintu samping oleh seorang pria berseragam militer.
Oleh Lekhush, merupakan salah satu pria yang juga menunggu antrean untuk bisa membawa pulang senjata baru.
Pria berasal dari Stebnyk ini mengaku, 500 orang di pasukan pertahanan sipil di kotanya hanya memiliki sekitar 20 senjata api.
Lekhush merupakan pemilik restoran dan mengaku tidak memiliki pengalaman militer.
"Tetapi ketika ketegangan mulai di perbatasan, saya mulai membuat persiapan," katanya.
"Sayangnya satu-satunya hal yang tidak saya lakukan adalah membeli senjata. Tapi saya berharap saya akan mendapatkannya secepat mungkin."
Lekhush mengatakan, dia akan membeli senjata apa pun yang ditawarkan kepadanya dan bersedia merogoh kocek hingga $2.000.
Baca juga: AS Usir Diplomat Rusia dari Misi PBB di New York
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina: Upaya Pembunuhan terhadap Presiden Ukraina oleh Unit Elit Chechnya
Yuri Futalo, seorang produser video, memegang dokumennya di satu tangan dan, di tangan lainnya, tali anjing pemburu bernama Terra.
"Saya berencana membeli senjata untuk berburu, musim akan segera dibuka, tetapi sekarang situasinya lebih mendesak," katanya.
"Jadi saya berusaha untuk mendapatkannya secepat mungkin, mudah-mudahan besok," ujarnya.
Jika Rusia datang, Futalo mengatakan dia tidak akan ragu untuk melindungi orang yang dicintainya, tetapi berharap perang akan segera berakhir.
"Lebih baik berburu bebek," selorohnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)