TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden merespons cepat serangan Rusia di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
Dilansir laman whitehouse.gov, Biden mengaku langsung berbicara dengan Presiden Ukraina Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kamis (3/3/2022) malam waktu setempat.
Dalam keterangan yang dirilis, Biden berbicara dengan Zelensky untuk menerima kabar terbaru tentang kebakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia.
Biden juga langsung berbicara dengan Wakil Sekretaris Keamanan Nuklir Departemen Energi AS dan Administrasi Keamanan Nuklir Nasional (NNSA) Jill Hruby.
Merespons kabar tersebut, dua pejabat Gedung Putih mengatakan informasi terbaru mereka menunjukkan tidak ada indikasi peningkatan tingkat radiasi di kompleks tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina.
Baca juga: Mengenal PLTN Zaporizhzhia di Ukraina, PLTN Terbesar di Eropa dengan 6 Reaktor Nuklir
Baca juga: PLTN Zaporizhzhia Luluh Lantak Dibombardir Rusia dari Segala Lini
Tak hanya Biden, Perdana Menteri Inggris, Boris Jhonson juga berbicara kepada Zelensky mengenai situasi yang mengkhawatirkan ini.
Kedua pemimpin sepakat, Rusia harus segera menghentikan serangannya terhadap pembangkit listrik dan mengizinkan akses tak terbatas untuk layanan darurat ke pembangkit listrik tersebut.
Dikutip dari gov.uk Boris Johnson juga menyerukan rapat darurat Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kedua pemimpin sepakat bahwa gencatan senjata sangat penting.
Perdana Menteri mengatakan tindakan sembrono Presiden Putin sekarang dapat secara langsung mengancam keselamatan seluruh Eropa.
Dia mengatakan Inggris akan melakukan apa saja untuk memastikan situasi tidak memburuk lebih lanjut.
Dampak terbakarnya PLTN Zaporizhzhia
Meski tidak ada indikasi peningkatan tingkat radiasi di kompleks tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina.
Menteri luar Negeri Ukraina pada akun twitternya menyebut jika PLTN Zaporizhzhia ini meledak dampaknya akan sepuluh kali lebih besar dari ledakan PLTN Chernobyl pada 1986.