TRIBUNNEWS.COM – Merasa bakalan kewalahan karena kalah dalam hal jumlah tentara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung mengumumkan penerimaan sukarelawan internasional untuk membantu memerangi pasukan Vladimir Putin.
Kyiv juga membentuk "Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina" dan mencabut visa untuk sukarelawan. Pejabat Ukraina mengatakan 16.000 orang secara sukarela bergabung dalam pertempuran.
Namun, selain pasukan sukarelawan tersebut ternyata ada juga kontraktor militer swasta dengan pengalaman perang yang signifikan di antara para sukarelawan.
Sumber Middle East Eye menyebutkan tentara bayaran yang tiba di negara itu untuk tujuan ekstraksi, evakuasi dan pertahanan yang disewa oleh perusahaan swasta.
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Melejit, Rupiah Berpotensi Melemah
“Saya memutuskan untuk tidak pergi, tetapi orang-orang dengan pengalaman militer yang signifikan yang juga berbicara bahasa lokal dari Slovakia, Polandia, dan Latvia telah pergi ke Ukraina,” kata seorang kontraktor militer swasta seperti dikutip MEE.
Sebuah iklan pekerjaan yang muncul minggu ini di Silent Professionals, sebuah situs web daftar untuk pekerjaan pertahanan dan keamanan swasta, sedang mencari beberapa "agen ekstraksi dan pelindung" untuk melakukan operasi evakuasi individu dan keluarga di seluruh pedesaan Ukraina dan kota-kota besar.
“Majikan adalah perusahaan yang berbasis di AS. Baik agen pria dan wanita dipersilakan untuk melamar, ”kata iklan itu.
“Hanya kandidat yang sangat berpengalaman yang memiliki setidaknya 5+ tahun pengalaman militer di wilayah Eropa ini yang akan dipertimbangkan untuk peran ini.”
Iklan tersebut mengatakan pembayarannya adalah 1.000-2.000 dolar AS atau Rp 14,4 juta-Rp 28,8 juta (kurs Rp 14.400/dolar AS) per hari dan bonus akan tersedia setelah operasi selesai.
Dua kontraktor militer swasta asal Turki dengan kewarganegaraan Eropa mengatakan kepada MEE bahwa ada perusahaan lain yang mempekerjakan orang untuk pekerjaan serupa dengan pembayaran harian setinggi 2.000-3.000 euro atau Rp 31,6 juta –Rp 47,5 juta (kurs Rp 15,800/Euro).
"Relawan akan pergi, itu benar, tetapi tentara profesional juga pergi," kata kontraktor militer swasta pertama, menambahkan bahwa pada 2 Maret, jumlah "profesional" yang pergi ke Ukraina melebihi seribu orang. Sekitar 100 dari mereka berasal dari Legiun Asing Prancis, katanya.
"Legiun Prancis memberi tahu mereka bahwa mereka tidak boleh membawa identitas apa pun dan jika mereka tertangkap, mereka tidak memiliki izin untuk pergi," kata kontraktor.
Baca juga: Rusia Perkuat Pasukan di Selatan Ukraina, 1 Juta Lebih Pengungsi Hijrah
'Kami ingin menyampaikan maksud dengan menerima sukarelawan ini, memungkinkan dunia menunjukkan solidaritas dengan kami'
Pejabat Ukraina