Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KYIV – Lebih dari 1,3 juta warga Ukraina telah melintasi perbatasan sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari.
Seperti dilansir dari Guardian, Minggu (6/3/2022), PBB menyebut kondisi ini sebagai krisis pengungsi dengan pergerakan tercepat di Eropa sejak akhir perang dunia kedua.
Angka yang dirilis hari ini oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menunjukkan hingga saat ini 1,37 juta orang telah melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga Eropa setelah serangan militer yang diperintahkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.
"Ini adalah krisis pengungsi yang bergerak paling cepat yang pernah kita lihat di Eropa sejak akhir perang dunia kedua," kata kepala UNHCR Filippo Grandi.
Menurut data dari UNHCR, kecepatan eksodus sudah lebih besar dari krisis migrasi tahun 2015, ketika 1,3 juta pencari suaka dari Suriah, Irak, Afghanistan dan Afrika, melarikan diri dari kemiskinan dan perang, memasuki Eropa.
Christine Pirovolakis, pejabat hubungan eksternal senior UNHCR di Inggris, mengatakan "Melihat tren dan data terbaru, sangat mungkin bahwa jumlah orang yang melarikan diri dari Ukraina akan mencapai 1,5 juta pada malam ini, data yang terbaru akan disampaikan besok."
Sebagian besar warga Ukraina (53 persen) menuju ke barat ke Polandia, yang sejauh ini telah menyambut sekitar 756.303 orang, diikuti Hongaria, dengan 157.004 warga sipil.
Ketika situasi terus berlanjut, diperkirakan 4 juta orang dapat melarikan diri dari Ukraina untuk menghindari kekerasan yang meningkat.
Grandi mengatakan kepada Reuters bahwa sejauh ini sebagian besar pengungsi yang telah menyeberang ke negara-negara tetangga tidak tinggal di perbatasan tetapi pindah ke kediaman teman, keluarga dan koneksi lain yang sudah tinggal di Eropa.
Namun dia memperingatkan gelombang pengungsi dalam beberapa minggu mendatang akan lebih sulit bagi Eropa untuk dikelola.
Desa Medyka di tenggara Polandia tetap menjadi penyeberangan perbatasan utama dengan Ukraina.
Ribuan pengungsi melintasi perbatasan dengan bus, mobil dan berjalan kaki setiap hari, sebagian besar wanita dan anak-anak, karena pria Ukraina berusia 18-60 tahun saat ini dilarang meninggalkan negara itu.
Baca juga: Negosiator Ukraina Denis Kireev Tewas Ditembak, Diduga Berkhianat Bocorkan Informasi ke Rusia
Eksodus massal terbukti sulit untuk dikelola, dengan antrean mobil yang menunggu membentang lebih dari 14 kilometer (km) dan orang-orang menunggu hingga 40 jam untuk menyeberang.
Anak-anak kecil berdiri sepanjang hari dalam suhu beku untuk menyeberang dengan keluarga mereka.
Di samping pengungsi warga Ukraina juga ada warga negara asing dari negara-negara termasuk Pakistan, Ghana, Maroko dan Somalia--sebagian besar adalah mahasiswa, tetapi juga pekerja dan pencari suaka.
Ada laporan tentang warga negara asing yang dilecehkan secara rasial dan didiskriminasi ketika mereka mencoba menyeberang ke tempat yang aman.
Warga negara Ukraina akan diberi hak untuk tinggal dan bekerja di Uni Eropa hingga tiga tahun tanpa harus mengklaim suaka setelah langkah-langkah darurat disetujui oleh negara-negara Eropa.
Namun, hak-hak ini belum diperluas untuk orang-orang yang melarikan diri dari Ukraina dari negara lain, yang masih harus mencari suaka.
Saat ini tidak jelas bagaimana mereka akan diproses begitu mereka masuk ke negara-negara tetangga.(Guardian)