TRIBUNNEWS.COM - Rusia terus melancarkan serangan ke berbagai kota di Ukraina. Termasuk di Kota Mariupol.
Akibat serangan tersebut, upaya mengevakuasi warga sipil gagal.
Demikian disampaikan oleh seorang pejabat Ukraina, seperti diberitakan Kompas.com mengutip Associated Press (AP).
Menurut otoritas militer Ukraina pada Minggu (6/3/2022) pagi, evakuasi dari kota pelabuhan Mariupol dijadwalkan akan dimulai pada siang hari waktu setempat (10 pagi GMT) selama gencatan senjata lokal pukul 10.00 pagi hingga 21.00 malam.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko mengatakan evakuasi yang direncanakan di sepanjang koridor kemanusiaan yang ditentukan dihentikan karena serangan yang sedang berlangsung.
Baca juga: Susah Payah Warga Irpin Ukraina Mengungsi, Lari di Tengah Pemboman Tentara Rusia
"Tidak boleh ada 'koridor hijau' karena hanya otak orang Rusia yang sakit yang memutuskan kapan harus mulai menembak dan kepada siapa," katanya di Telegram, dikutip dari Associated Press (AP).
Evakuasi Kota Mariupol dan Kota Volnovakha sebelumnya pernah diagendakan juga pada Sabtu (5/3/2022), setelah Rusia mengumumkan gencatan senjata.
Tapi, evakuasi di Kota Mariupol akhirnya gagal karena pasukan Rusia disebut justru melanjutkan serangan.
Pasukan Rusia menjebak penduduk Kota Mariupol di bawah lebih banyak penembakan dan pemboman udara oleh pasukan Rusia.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC), juga mengungkap bahwa jalur aman warga sipil dari Kota Mariupol di timur Ukraina yang terkepung telah “dihentikan" pada Minggu untuk hari kedua berturut-turut.
Baca juga: Rusia Siap Berikan Balasan Keras untuk Inggris, Buntut Sanksi Ekonomi hingga Bantu Ukraina
"Di tengah pemandangan penderitaan manusia yang menghancurkan di Mariupol, upaya kedua hari ini untuk mulai mengevakuasi sekitar 200.000 orang ke luar kota terhenti," ungkap ICRC, dikutip dari AFP.
"Upaya yang gagal kemarin dan hari ini menggarisbawahi tidak adanya kesepakatan yang terperinci dan berfungsi antara pihak-pihak yang berkonflik," tambahnya.
ICRC menyatakan pihaknya tidak dapat dengan cara apa pun menjadi penjamin kesepakatan gencatan senjata antara para pihak atau pelaksanaannya.
Mereka pun mengkritik kurangnya kesepakatan yang tepat antara pihak-pihak yang bertikai untuk melindungi kehidupan sipil di tengah pelanggaran gencatan senjata.
"Agar perjalanan warga sipil yang aman terjadi dengan tingkat kepercayaan yang diperlukan, para pihak harus sepakat di antara mereka sendiri tidak hanya pada prinsipnya tetapi juga pada detail dan parameter dari kesepakatan evakuasi," ungkap ICRC dengan menekankan netralitasnya.
"Selain itu, ICRC membutuhkan jaminan keamanan yang memuaskan agar dapat beroperasi. Hari ini, tim kami mulai membuka jalur evakuasi dari Mariupol sebelum permusuhan berlanjut," kata organisasi kemanusiaan itu.
Baca juga: Putin Bisa Akhiri Perang Rusia Ukraina, Tapi?
"ICRC siap membantu memfasilitasi upaya lebih lanjut jika para pihak mencapai kesepakatan terperinci, yang hanya dapat dilaksanakan dan dihormati oleh para pihak," ungkap mereka.
Organisasi itu mengingatkan kepada kedua belah pihak bahwa staf, kendaraan, dan bangunan yang berlambang Palang Merah dilindungi di bawah hukum internasional.
ICRC mendesak mereka untuk menghormati hukum humaniter internasional dan untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil.