Kondisi itu membuat Parlemen meloloskan amandemen legislatif untuk memudahkan pemungutan suara langsung oleh pasien tersebut.
Tetapi kekacauan meletus di banyak tempat pemungutan suara.
Komisi Pemilihan Nasional (NEC) telah meminta maaf berulang kali karena gagal memastikan proses pemilu yang stabil dan teratur.
"Semua masalah dihasilkan dari kegagalan kami dalam persiapan yang matang, dan kami bertanggung jawab penuh atas kegagalan kami," kata badan dalam sebuah pernyataan.
Tidak ada tanda-tanda kecurangan, tambahnya, tetapi para pejabat mengadakan pertemuan darurat pada hari Senin untuk memperketat prosedur menjelang pemungutan suara yang lebih luas.
Presiden Moon Jae-in menyatakan penyesalannya pada hari Minggu.
Ia meminta NEC untuk sepenuhnya menjelaskan kesalahan dan menjamin hak semua orang untuk memilih, kata juru bicaranya.
Kekacauan tersebut merupakan pukulan bagi Korea Selatan, menodai sejarah demokrasi 35 tahun pengelolaan pemilu yang ketat dan relatif transparan, dan perjuangan yang sebagian besar berhasil melawan COVID-19.
Alih-alih membiarkan pemilih memberikan suara secara langsung, beberapa petugas pemilu malah mengumpulkan dan membawanya ke dalam tas belanja atau ember kayu untuk dimasukkan ke dalam kotak suara, kata NEC.
Beberapa pemilih menerima surat suara yang sudah digunakan.
Sementara yang lain harus menunggu dalam antrean panjang dalam cuaca dingin.
Setidaknya satu orang dilaporkan pingsan saat mengantre.
Kampanye kandidat oposisi Yoon mengkritik NEC.
Ia mengatakan, "Pemilihan kelas dasar tidak bisa sembarangan."