Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Wakil Perdana Menteri (PM) Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan sekitar 13.000 orang dievakuasi dari sejumlah kota di Ukraina pada Sabtu kemarin.
Jumlahnya hampir dua kali lipat dari jumlah yang berhasil keluar pada hari sebelumnya.
Namun tidak ada satu pun dari jumlah tersebut yang merupakan warga Mariupol.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Minggu (13/3/2022), Vereshchuk mengatakan dalam sebuah pesan online bahwa tidak ada yang berhasil meninggalkan kota Mariupol yang terkepung.
Ia pun menyalahkan tindakan pasukan Rusia yang dianggap menghalangi.
Baca juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Sebagai Ancaman Persatuan Asia
Baca juga: Jawab Tudingan Rusia, PBB Klaim Tidak Temukan Bukti soal Senjata Biologis di Ukraina
Namun Rusia sebelumnya menuding pasukan Ukraina sengaja menjebak warganya sendiri di sana.
Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina sebagai tanggapan atas permintaan bantuan yang diajukan oleh Kepala Republik Donbass.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia mengklaim operasi ini dilakukan hanya untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Hal yang sama pun disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia bahwa pasukan Rusia tidak menargetkan kota-kota di Ukraina, namun hanya melumpuhkan infrastruktur militer Ukraina saja.
Oleh karena itu, Rusia menegaskan tidak ada ancaman yang ditargetkan bagi penduduk sipil.