TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada sebuah surat kabar Prancis pada Rabu (18/12/2024), negaranya tidak memiliki kekuatan militer untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada Le Parisien, militer Ukraina tidak memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk mengusir pasukan Rusia dari Krimea dan wilayah timur Ukraina yang telah dikuasainya sejak 2014.
Konstitusi Ukraina melarangnya menyerahkan wilayahnya, bunyi pernyataan tersebut dikutip dari VOA.
"Kita hanya bisa mengandalkan tekanan diplomatik dari masyarakat internasional untuk memaksa [Presiden Rusia Vladimir] Putin duduk di meja perundingan," kata Zelenskyy.
Jika Barat memberi Ukraina semua sistem pertahanan yang dibutuhkannya saat Ukraina pertama kali memintanya, Ukraina tidak akan berada dalam situasi seperti sekarang dengan Rusia.
Rusia menduduki sekitar 18 persen wilayah Ukraina.
Zelenskyy tiba di Brussels pada Rabu di mana ia bertemu dengan Kepala NATO, Mark Rutte dan para pemimpin Eropa lainnya saat Ukraina berupaya memperkuat pertahanannya melawan pasukan Rusia.
Saat Rutte menyambut Zelenskyy atas pertemuan mereka, Sekretaris Jenderal NATO itu mengatakan tidak ingin berbicara secara terbuka tentang kapan perundingan damai akan dimulai dan apakah pasukan penjaga perdamaian Eropa akan dilibatkan karena hal itu akan menguntungkan Putin.
Rutte mengatakan pada Rabu, mitra Ukraina akan melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menyediakan Ukraina dengan semua yang dibutuhkannya untuk mempertahankan diri dari perang hampir tiga tahun dengan Rusia, termasuk pertahanan udara dan sistem persenjataan lainnya.
Pada Selasa, Zelenskyy mengatakan Ukraina sangat membutuhkan bantuan militer, terutama sistem pertahanan udara.
"Kita harus melakukan segala yang mungkin untuk menghancurkan kemampuan Rusia dalam melancarkan perang dari jarak sejauh mungkin," katanya.
Baca juga: Bashar Al-assad Dikabarkan Angkut Uang Rp 4 Triliun ke Rusia Sebelum Ditumbangkan Pemberontak
"Untuk itu, kita memerlukan lebih banyak pesawat nirawak, artileri yang lebih modern, dan rudal jarak jauh."
Pembicaraan Rabu terjadi sebulan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat, yang menimbulkan ketidakpastian tentang tingkat dukungan berkelanjutan AS untuk Ukraina dari pemerintahan baru.
Di antara mereka yang diperkirakan akan bertemu dengan Zelenskyy di Brussels adalah Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, Presiden Dewan Eropa António Costa dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.