TRIBUNNEWS.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan tetap berada di zona penyangga perbatasan Suriah, khususnya di puncak Gunung Hermon, setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad.
Kunjungan Netanyahu ke puncak Gunung Hermon pada Selasa, 17 Desember 2024, menjadikannya pemimpin Israel pertama yang masih menjabat menginjakkan kaki di wilayah tersebut.
Pernyataan Netanyahu dan Rencana IDF
Netanyahu menyatakan bahwa kehadiran IDF di puncak Gunung Hermon adalah penting untuk keamanan Israel.
"Kami akan tetap tinggal sampai ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel," kata Netanyahu, dikutip dari Times of Israel.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan, Israel Katz, menginstruksikan militer untuk segera membangun benteng pertahanan di lokasi tersebut.
"Kami akan tetap tinggal sampai ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel," ujar Katz.
Seorang pejabat militer Israel yang meminta namanya dirahasiakan menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk mengevakuasi warga Suriah yang tinggal di desa-desa dalam zona penyangga.
Zona penyangga ini dibentuk oleh PBB setelah Perang Timur Tengah tahun 1973, dan sejak itu, pasukan PBB telah berpatroli di daerah tersebut.
Tanggapan PBB dan HTS
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengkritik tindakan Israel yang dianggap melanggar kesepakatan tahun 1974 yang membentuk zona penyangga.
"Pendudukan adalah pendudukan, entah itu berlangsung seminggu, sebulan, atau setahun," tegas Dujarric.
Di sisi lain, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Mohammed al-Julani, meminta Israel untuk menghentikan serangan udara dan menarik diri dari wilayah Suriah.
Al-Julani menegaskan, "Kami tidak ingin berkonflik dengan pihak manapun," dan menambahkan bahwa rakyat Suriah butuh ketenangan.
Klaim Israel atas Wilayah Udara Suriah
Pekan lalu, Israel dilaporkan telah menjatuhkan 1.800 bom di sekitar 500 target di Suriah.
Dikutip dari Al Mayadeen, komando militer Israel menyatakan bahwa mereka kini mampu melakukan operasi secara aman di wilayah udara Suriah setelah menguasai sebagian besar wilayah tersebut.