TRIBUNNEWS.COM, KYIV – Belakangan nama resimen Azov menjadi buah bibir masyarakat dunia terlebih setelah pihaknya dikabarkan berhasil menghancurkan tiga kendaraan lapis baja milik militer Rusia.
Beredarnya cuplikan video pendek di berbagai platform media sosial yang memperlihatkan kegagahan para resimen Azov yang dikenal sebagai kelompok ekstremis dalam membalas serangan yang dilakukan Rusia.
Berkat keberanian dan ketangguhan dari resimen Azov dalam membantu pasukan pembela Ukraina membuat pasukan ini ditakuti oleh masyarakat dunia.
Baca juga: Hubungan Rusia-AS Makin Panas, Kremlin Tersinggung Presidennya Disebut Penjahat Perang
Melansir dari aljazeera, Resimen Azov merupakan sukarelawan sayap kanan yang dibentuk pada Mei 2014 oleh organisasi ultranasionalis Patriot Ukraina dan kelompok neo-Nazi Majelis Nasional Sosial (SNA).
Awalnya kehadiran militer ini didanai oleh Igor Kolomoisky, miliarder raja energi sekaligus mantan gubernur wilayah Dnipropetrovs, untuk melawan kelompok separatis pro-Rusia.
Namun pada 2 November 2014, unit tersebut secara resmi diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri, setelah mereka sukses merebut kembali kota pelabuhan strategis Mariupol dari separatis Rusia.
Tak hanya itu kehadiran resimen di wilayah Ukraina juga membantu pemerintah dan militernya dalam menangkis berbagai serangan Rusia terutama saat adanya perebutan wilayah Crimea pada 2014 silam.
Bahkan kepopuleran dari resimen satu ini berhasil menarik perhatian 900 orang dari seluruh dunia untuk bergabung menjadi anggota sukarelawan sayap kanan resimen ini.
Setelah lama tak menunjukan aksinya, gerakan milisi sayap kanan Azov dikabarkan mulai beriak kembali, terlebih setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Kehadiran Azov sangat berpengaruh besar bagi kekuatan militer pemerintah Ukraina, tak hanya membantu menyerang Rusia namun Azov juga ikut mencurahkan bantuan dalam berbagai bentuk, seperti menyuplai berbagai kebutuhan perang.
Baca juga: Demi Gencatan Senjata dengan Rusia, Presiden Ukraina Bersedia Tidak Gabung dengan NATO
Meski anggota kelompok tersebut dalam beberapa tahun terakhir terlibat dalam rangkaian serangan kekerasan terhadap kaum minoritas Ukraina, namun belakangan ini militer Azov yang dikenal sebagai Milisi Nasional diketahui kerap melakukan patroli di jalanan Ukraina untuk menjaga negaranya dari serangan Rusia.
Bahkan resimen ini juga ikut mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa dari serangan Rusia yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Meski banyak yang berspekulasi bahwa ekstremisme sayap kanan berbahaya namun militer Azov membuktikan bahwa pihaknya bisa membangkitkan para pejuang lamanya untuk menjadi benteng pertahanan Ukraina dalam melawan aggressor Rusia.
Baca juga: Mengenal Rudal Hipersonik, Senjata Mematikan yang Digunakan Rusia untuk Menyerang Ukraina
Rusia Tuding Batalion Azov Ukraina Pakai Sistem Grad
Juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov menuding Nasionalis dari Batalion Azov Ukraina menggunakan sistem grad di daerah pemukiman di sekolah dan pinggiran kota Mariupol.
"Pada 26 Februari, dari pukul 16.00 hingga 16.20 (waktu setempat), Nasionalis Ukraina dari Batalion Azov menyerang daerah pemukiman Sartana di pinggiran kota Mariupol dan di Sekolah No. 8 di kota Mariupol. Akibatnya, terjadi penghancuran bangunan tempat tinggal dan ada yang tewas diantara penduduk sipil," kata Konashenkov.
Kemhan Rusia, kata dia, memperingatkan bahwa Nasionalis Ukraina sedang mempersiapkan provokasi semacam itu.
Baca juga: Biden Sebut Rusia Berencana Gunakan Senjata Kimia di Ukraina
"Tentara Rusia telah menghancurkan 975 objek infrastruktur militer Ukraina. Diantaranya adalah 23 pos komando dan pusat komunikasi Angkatan Bersenjata Ukraina, 3 pos radar, 31 sistem rudal anti-pesawat S-300, Buk M-1 dan Osa, dan 48 stasiun radar, 8 pesawat tempur, 7 helikopter dan 11 kendaraan udara tak berawak ditembak jatuh. Perangkat serta dua rudal taktis Tochka-U," jelas Konashenkov.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (27/2/2022), ia mengklaim 223 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 28 pesawat, 39 sistem peluncuran roket ganda, 86 senjata artileri lapangan dan mortir, 143 unit kendaraan militer khusus telah dihancurkan.
"Resimen pertahanan udara pasukan Ukraina, yang dilengkapi dengan kompleks Buk M-1, meletakkan senjatanya dan menyerah pada Sabtu," papar Konashenkov.
Konashenkov kemudian menambahkan bahwa selama beberapa hari terakhir, kota Kherson dan Berdyansk telah sepenuhnya diblokir oleh Angkatan Bersenjata Rusia.
Baca juga: Militer Rusia Kirimkan 20 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Melitopol Ukraina
"Kota Genichesk dan lapangan terbang Chernobaevka dekat Kherson juga dikuasai," tegas Konashenkov.
Sebelumnya pada 21 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) dari Ukraina.
Lalu pada 24 Februari saat pagi hari, Rusia meluncurkan operasi militer khusus untuk melakukan demilitarisasi terhadap negara tetangganya itu.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi kepada rakyatnya, Putin mengatakan bahwa keadaan 'membutuhkan tindakan tegas dan segera', saat DPR dan LPR yang disebut sebagai Republik Donbass meminta bantuan.
Kemudian, Kemhan Rusia menekankan bahwa Angkatan Bersenjata Rusia tidak meluncurkan serangan apapun ke kota-kota di Ukraina.
Hanya infrastruktur militer Ukraina saja yang dinonaktifkan dengan cara presisi tinggi.
Sedangkan penduduk sipil tidak menjadi target dalam penyerangan.
Dalam beberapa minggu terakhir, situasi di sepanjang garis kontak diklaim telah memburuk secara signifikan saat pasukan Ukraina diduga mengintensifkan penembakan terhadap Donbass.