News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Baru Beberapa Jam Dibuka, Taliban Kembali Tutup Sekolah untuk Anak Perempuan

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar ini diambil pada 28 November 2021 menunjukkan siswa Mursal (kiri) dan yang lainnya menghadiri kelas siaran di Radio Begum di Kabul. - Taliban memerintahkan penutupan kembali sekolah untuk anak perempuan yang baru dibuka beberapa jam.

TRIBUNNEWS.COM - Taliban memerintahkan penutupan kembali sekolah anak perempuan Afghanistan setelah beberapa jam dibuka, Rabu (23/3/2022).

Sebelumnya, murid perempuan telah diperbolehkan kembali ke sekolah di ibu kota Afghanistan setelah otoritas Taliban mengumumkan pembukaan kembali sekolah menengah.

Taliban telah memberlakukan pembatasan keras pada hak-hak perempuan sejak merebut kekuasaan Agustus 2021, lalu.

Hanya, anak laki-laki yang diperbolehkan untuk ke sekolah.

Mengutip CNA, Taliban menarik kembali pengumuman pembukaan sekolah bagi anak perempuan, dengan mengatakan bahwa sekolah akan tetap tutup sampai ada rencana yang dibuat sesuai dengan hukum Islam.

Guru dan siswa dari tiga sekolah menengah di sekitar ibu kota Kabul mengatakan para gadis telah kembali ke kampus dengan gembira pada Rabu pagi, tetapi diperintahkan untuk pulang.

Baca juga: Demi Bayar Utang hingga Sekedar Beli Makan, Cerita Kehidupan Warga Desa Satu Ginjal di Afghanistan

Baca juga: Pemimpin Senior Taliban Sirajuddin Haqqani Muncul Pertama Kali Sejak Pengambilalihan Afghanistan

Mereka mengatakan banyak siswa pulang sambil menangis.

"Kami semua kecewa dan kami semua benar-benar putus asa ketika kepala sekolah memberi tahu kami, dia juga menangis," kata seorang siswa, yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Terakhir kali Taliban memerintah Afghanistan, dari tahun 1996 hingga 2001, mereka melarang pendidikan perempuan dan sebagian besar pekerjaan.

Komunitas internasional telah menjadikan pendidikan anak perempuan sebagai tuntutan utama untuk pengakuan masa depan pemerintahan Taliban, yang mengambil alih negara itu pada Agustus ketika pasukan asing menarik diri.

Kementerian Pendidikan telah mengumumkan pekan lalu bahwa sekolah untuk semua siswa, termasuk anak perempuan, akan dibuka di seluruh negeri pada Rabu setelah berbulan-bulan pembatasan pendidikan untuk anak perempuan usia sekolah menengah.

Pada Selasa (22/3/2022) malam, juru bicara Kementerian Pendidikan merilis video ucapan selamat kepada semua siswa atas kembalinya mereka ke kelas.

Taliban segera izinkan anak perempuan Afghanistan kembali ke sekolah. (UNICEF)

Namun pada hari Rabu, pemberitahuan Kementerian Pendidikan mengatakan sekolah untuk anak perempuan akan ditutup sampai rencana disusun sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan, menurut Bakhtar News, sebuah kantor berita pemerintah.

"Kami memberi tahu semua sekolah menengah perempuan dan sekolah-sekolah yang memiliki siswa perempuan di atas kelas enam bahwa mereka libur sampai pesanan berikutnya," kata pemberitahuan itu.

Baca juga: Sepak Terjang Wali, Veteran Sniper Perang Afghanistan yang Terjun di Ukraina

Baca juga: Taliban akan Bentuk Tentara Besar untuk Afghanistan, Mencakup Perwira Rezim Lama

Sebuah sumber pemerintahan Taliban mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa sekolah untuk anak perempuan di Kabul akan ditutup untuk saat ini, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Taliban sedang berusaha untuk menjalankan negara sesuai dengan interpretasinya terhadap hukum Islam sementara pada saat yang sama mengakses miliaran dolar bantuan yang sangat dibutuhkan untuk mencegah kemiskinan dan kelaparan yang meluas.

"PBB di Afghanistan menyesalkan pengumuman yang dilaporkan hari ini oleh Taliban bahwa mereka memperpanjang larangan tanpa batas mereka terhadap siswa perempuan di atas kelas enam yang diizinkan untuk kembali ke sekolah," kata Misi PBB untuk Afghanistan (UNAMA) dalam sebuah pernyataan.

Kuasa Usaha AS untuk Afghanistan, Ian McCary, yang saat ini berbasis di Qatar, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia sangat terganggu oleh laporan tersebut.

"Ini sangat mengecewakan dan bertentangan dengan banyak jaminan dan pernyataan Taliban," katanya.

(Tribunnews.com/Yurika)

Berita Afghanistan lainnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini