News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Tegaskan Hanya akan Menggunakan Senjata Nuklir jika Negaranya Terancam

Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin menyapa penonton saat menghadiri konser yang menandai ulang tahun kedelapan pencaplokan Krimea oleh Rusia di stadion Luzhniki di Moskow. (18 Maret 2022). (Alexander VILF/POOL/ AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan soal penggunaan senjara nuklir bagi Rusia.

Menurutnya, Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keberadaan negaranya terancam.

Hal ini disampaikan Peskov dalam wawancara terbaru bersama CNN, Selasa (22/3/2022).

"Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri yang bersifat publik, Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir (Rusia)," kata Peskov, dikutip dari Sputnik News.

"Jika itu adalah ancaman eksistensial bagi negara kita, maka itu dapat digunakan sesuai dengan konsep kita," tambahnya.

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Peskov menyatakan, Kremlin tidak ingin percaya bahwa tidak ada yang akan mendengarkan kekhawatirannya sampai saat-saat terakhir.

Kekhawatiran tersebut merujuk pada alasan Rusia sampai melakukan operasi khusus atau invasi terhadap Ukraina.

Peskov juga mengaku mengetahui soal rencana Ukraina untuk menyerang Donbass.

Namun, menurutnya, pemerintahan Putin berharap agar Ukraina tidak mempersiapkan serangan terhadap Donbass.

Ia berharap akan ada terobosan dalam format Normandia, tetapi menjadi sangat jelas bagi Moskow bahwa Kiev akan melakukan serangan terhadap Donbass.

Baca juga: Ini Bedanya Rudal Patriot Amerika Vs S-400 Rusia, Mana yang Lebih Unggul ?

Baca juga: Donald Trump: Biden Tidak Bisa Menghentikan Krisis Ukraina karena Takut Nuklir Rusia

Juru bicara Kremlin ini juga menegaskan kembali, militer Rusia tidak menyerang sasaran sipil, dan tujuan dari operasi militer khusus bukanlah "pendudukan Ukraina."

Peskov menambahkan, operasi militer khusus di Ukraina berjalan sesuai dengan rencana.

Ia mencatat bahwa tidak seorang pun di Kremlin awalnya berpikir operasi militer khusus akan memakan waktu beberapa hari.

Sebab, invasi ini adalah apa yang digambarkan sebagai operasi serius dengan tujuan serius.

Peskov juga membantah klaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin marah dengan Ukraina.

Dia mencatat, bagaimanapun, Putin marah dengan orang-orang di Ukraina yang ingin negara mereka menjadi anggota NATO dan berpotensi menyebarkan rudal Amerika.

Baca juga: Nuklir Bisa Jadi Opsi Senjata Rusia Gempur Ukraina, 2 Orang Pertahanan AS Langsung Tak Terima

Baca juga: Pentagon: Rusia Bisa Andalkan Nuklir jika Perang Berlarut, Pasukannya dalam Tugas Tempur Khusus

Peskov juga menyebut presiden Rusia marah dengan mereka yang akan melarang penggunaan bahasa Rusia, dan yang ingin berpartisipasi dalam proses negosiasi Minsk selama bertahun-tahun tanpa memenuhi kewajiban.

Peskov kemudian menanggapi seorang jurnalis CNN yang mengatakan beberapa ahli percaya bahwa Putin mungkin marah dengan Ukraina.

Dia juga mengutip Presiden Finlandia Sauli Niinisto, yang menyebut tentang "kebencian yang tumbuh" dari Putin untuk kepemimpinan Ukraina dan warga negara.

Peskov menjawab bahwa Putin "tidak marah dengan Ukraina, dan tidak ada seorang pun di Rusia yang marah dengan Ukraina."

Ia menambahkan bahwa presiden Rusia marah dengan mereka yang "memakai simbol Nazi di jalan-jalan Kiev dan Lvov."

(Tribunnews.com/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini