Roman Abramovich Diracun, Inggris Ungkit Kasus Racun Novichok yang Dioleskan di Gagang Pintu, Tewaskan Oposisi Rusia 2018 Lalu
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Mantan pemilik Chelsea Roman Abramovich dilaporkan keracunan saat menjadi negosiator perdamaian Rusia dan Ukraina.
Namun dia kini dilaporkan dalam kondisi baik-baik saja karena jenis racun yang diberikan kepadanya dalam skala ringan.
Kabar Roman Abramovich keracunan pertama kali disampaikan oleh Wall Street Journal dan kelompok jurnalisme investigatif Bellingcat.
Menurut laporan Bellingcat, Abramovich dan beberapa negosiator perdamaian Rusia-Ukraina mengadakan pertemuan pada 3 Maret 2022 di Kota Kyiv.
Pertemuan informal itu berlangsung dari sore hari sampai pukul 10 malam waktu Ukraina.
Sejak saat itu, Roman Abramovich mulai merasakan gejala keracunan, seperti radang mata hingga pengelupasan kulit tangan dan wajah.
Bellingcat meyakini bahwa gejala keracunan itu timbul akibat senjata kimia atau penggunaan radiasi gelombang mikro.
Baca juga: Roman Abramovich Diduga Diracun saat Perundingan Damai, Mata Memerah hingga Kulit Menggelupas
Jenis racun dan pelakunya
Setelah muncul dugaan Abramovich diracun kini muncul berbagai spekulasi racun yang dipakai.
Termasuk pelaku yang meracuni orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin itu.
Abramovich dan beberapa negosiator perdamaian Rusia-Ukraina mengadakan pertemuan pada 3 Maret 2022 di Kota Kyiv.
Bukan cuma Abramovich yang mersakan hal serupa, delegasi atau negosiator lain, termasuk anggota parlemen Ukraina, Rustem Emerov, juga menjadi korban.
"Berdasarkan pemeriksaan jarak jauh dan di tempat, para ahli menyimpulkan bahwa gejalanya kemungkinan besar keracunan akibat senjata kimia yang belum dapat dipastikan," kicau Bellingcat di Twitter, Senin (28/3/2022).
Mereka mengalami peradangan kulit, iritasi mata dan rasa sakit luar biasa pada mata - gejala yang berlangsung sepanjang malam.
Tidak satu pun dari mereka yang mengkonsumsi makanan dalam kadar lebih banyak, menurut Bellingcat, selain cokelat dan air putih.
Kemudian muncul spekulasi apakah ini ulah GRU, dinas intelijen militer Rusia.
Menurut kesimpulan pemerintah Inggris, GRU juga sebelumnya merupakan pelaku di balik kasus keracunan Novichok di Salisbury pada 2018.
Kasus keracunan Novichok oleh pihak Barat dikaitkan sebagai penyebab kematian politisi oposisi Rusia Alexei Navalny.
Dia telah diracuni oleh agen saraf canggih, yang dikenal sebagai Novichok.
Novichok, yang berarti "pendatang baru" dalam bahasa Rusia, berlaku untuk sekelompok agen saraf yang diproduksi secara sintetis yang awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet di laboratorium di Uzbekistan sebelum Uni Soviet hancur pada 1991.
Badan-badan intelijen Barat meyakini bahwa Novichok sejak itu telah disempurnakan menjadi senjata pembunuh yang sukar dideteksi melalui teknik rahasia yang dipraktikkan oleh agen GRU, intelijen militer Rusia, termasuk dengan dioleskan ke gagang pintu.
Novichok dapat digunakan dalam bentuk cair maupun padat.
Sejauh ini belum ada komentar pemerintah Rusia dan tidak ada bukti bahwa mereka bertanggung jawab.
Namun pakar barat menilai kasus keracunan Abramovich semacam peringatan kepada mereka yang mengambil bagian dalam pembicaraan damai.
Sebab racun yang diberikan kepada Abramovich bukanlah dosis yang mematikan, melainkan peringatan.
Pakar senjata kimia, Hamish De Bretton-Gordon, mengatakan kepada BBC bahwa sangat tidak mungkin faktor lingkungan ada hubungannya dengan kasus ini.
Bellingcat juga dapat memastikan bahwa dosis dan jenis racun yang digunakan untuk menyerang Abramovich dan negosiator tidak sampai mengancam jiwa.
Kemungkinan, serangan racun itu dimaksudkan hanya untuk memberi rasa takut kepada korban.
Wall Street Journal meyakini pelaku dari serangan tersebut diduga adalah agen atau kelompok garis keras Rusia yang ingin menggaggu proses perdamaian kedua negara.
Namun, Wall Street Journal memastikan bahwa kondisi Abramovich dan dua negosiator lainnya saat ini telah membaik dan nyawa mereka tidak terancam.
Menurut laporan dari Sky Sports, Selasa (29/3/2022), Roman Abramovich Abramovich tetap ingin menjalankan tugasnya sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina meski baru saja menjadi korban serangan racun.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Roman Abramovich mulai bekerja sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina sekitar empat hari setelah perang kedua negara itu pecah pada 24 Februari 2022.
Selama bertugas sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina, Abramovich dikabarkan sangat sering melakukan perjalanan ke Moskow, Kyiv, dan Turki.
Taipan asal Rusia itu juga sudah pernah bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Adapun, Abramovich sudah resmi melepas kepengurusan Chelsea kepada yayasan klub pada 27 Februari 2022 atau tiga hari setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Tiga hari berselang atau pada 3 Maret 2022, Roman Abramovich secara terbuka menyatakan resmi menjual Chelsea.
Lalu pada 10 Maret 2022, Abramovich dicekal oleh Pemerintah Inggris. Sanksi tersebut membuat seluruh aset milik Roman Abramovich di Inggris Raya dibekukan.
Abramovich juga dilarang melakukan perjalanan hingga transaksi dengan pihak individu atau mejalankan bisnis di Inggris Raya.
Sumber: Sky News/BBC/Reuters/Kompas.com